Youtube Channel

4.1K 561 63
                                    

"Kamu urus cuti ya? Kita berangkat liburan minggu depan."

"Berangkat kemana?"

"Ke Lombok. Kita liburan."

"Kita? Aku dan kamu gitu maksudnya?" Rimbi semakin kebingungan.

"Iya. Aku dan Kamu. Kita Berdua Liburan Ke Lombok." Bima mengulang kalimatnya dengan pengucapan yang lebih jelas.

"Kamu serius?"

Bima menganggukkan kepalanya beberapa kali, "Aku serius."

"Kenapa?"

Bima menoleh ke tempat Rimbi, "Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu tiba-tiba ngajak aku liburan?"

Bima tertawa kecil, "Kamu jangan mikir yang aneh-aneh ya?"

"Gimana aku nggak mikir aneh? Kamu tiba-tiba dateng ke tempat kerjaku. Terus minta nomor handphoneku. Kamu juga jemput aku. Dan sekarang kamu ngajak aku liburan. Kamu lagi merencanakan apa Bim?"

Mendengar kecurigaan Rimbi. Bima tertawa terbahak-bahak sembari memukuli setir kemudinya, "Rimbi, aku cuma ingin menjadikan kamu sebagai wanita yang paling bahagia di dunia ini. Udah itu aja." ucap Bima dengan tatapan lembut dan senyuman manis.

Jantung Rimbi berdebar makin kencang. Tangannya mulai berkeringat. Dia mengalihkan pandangannya mencari-cari sesuatu dalam mobil Bima. Membuat Bima mengerutkan keningnya heran.

"Kamu cari apa sih?"

"Kamera."

"Kamera apa?"

"Kamu lagi bikin prank kan? Kamu lagi ngerjain aku?"

Tawa Bima meledak. Dia tidak menyangka jika Rimbi akan punya pikiran yang amat konyol seperti itu.

"Nggak ada Rimbi. Aku serius."

"Tapi kenapa?"

"Ya mungkin karena sekarang adalah waktu yang tepat untuk kita berdua."

"Kamu yakin nggak lagi bikin video buat dimasukin youtube channel?"

"Nggak ada yang kayak gitu Rimbi. Aku serius. Aku cuma mau membahagiakan kamu."

Rimbi menyandarkan punggungnya, lalu mengatur napasnya perlahan. Dan hal itu masih tidak membantu debaran jantung Rimbi yang makin kencang. Semuanya terlalu mendadak jika semua itu terjadi dalam satu malam.

Rimbi sudah menanti selama bertahun-tahun untuk malam ini. Untuk Bima yang duduk di sampingnya. Atau Bima yang mengajaknya makan malam. Dan tentang liburan bersama Bima, Rimbi bahkan belum sempat memimpikannya. Lalu kenapa rasanya Rimbi merasa tidak bahagia seperti yang dia bayangkan?

Rimbi menggelengkan kepalanya pelan. Mencoba menghilangkan pikiran bodohnya itu. Mungkin dia sekarang hanya terlalu kaget. Tidak mungkin Rimbi merasa tidak nyaman bersama Bima. Mungkin semuanya terlalu mendadak untuk Rimbi.

Rimbi tersadar dari lamunannya saat Bima menepuk pundaknya dengan pelan. "Yuk." ajaknya.

Rimbi mengangguk, lalu keluar dari mobil Bima yang dikemudikan seorang petugas parkir valet. Bima tersenyum kecil melihat Rimbi yang masih kebingungan. Bima tahu, semuanya memang terlalu mendadak untuk Rimbi.

"Kamu kenapa diem aja?" tanya Bima setelah mereka sampai di dalam lift.

Rimbi menggeleng dan tersenyum manis, "Cuma kaget."

Benarkan dugaannya, semua ini terlalu mendadak untuk Rimbi. Apa Bima terlalu cepat? Tidak! Bima tidak punya banyak waktu untuk membuat Rimbi bahagia. Dia juga harus menahan diri supaya tidak benar-benar jatuh cinta pada Rimbi karena ia tahu kalau akhirnya mereka akan berpisah.

When I See My First Love (again) Where stories live. Discover now