3

6.4K 1.2K 193
                                    

Jangan tanya seberapa masam wajah Doyoung saat ini.

Dengan berat hati, ia melangkah menuju ke depan kelas dan berdiri menghadap kami semua.

Ia menghela napas dan mulai fokus pada buku tulis di tangannya.

"Surat Cinta," ucapnya lantang, kontras dengan wajahnya yang terlihat ogah-ogahan. "Karya W.S Rendra."

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah

Aku melongo mendengar Doyoung membacakan puisi itu. Sial, dia keren banget! Pantas saja dia mantap pilih ekskul teater.

Begitu Doyoung selesai membaca puisinya, hanya segelintir murid yang tepuk tangan dan mengapresiasi Doyoung. Ya, tidak semua orang mengerti puisi jadi kuwajarkan saja walau tetap saja nyesek.

Bu Daisy kembali mengecek absen. "Sekarang Gwensa ke depan."

Mampus.

Doyoung berbalik dan menatap Lucas. "Taruhan, dia pasti salah nada."

Sialan.

Dan si kampret Lucas malah memajukan wajahnya excited. "Taruhan dia salah baca."

"Yang kalah traktir roti kukus."

"Deal."

Keduanya pun berjabat tangan.

Heran.

Aku melangkah maju dan menghadap teman-temanku. Dari sini aku bisa melihat Doyoung dan Lucas yang mengepalkan tangan mereka di udara sambil bergumam, "Semangat! Semangat!"

Aku pun membuka buku tulisku. "Aku," ucapku lantang, "karya Chairil Anwar."

Dan kedua makhluk mutasi gen tapir di belakang terlihat luar biasa senang begitu tahu puisi apa yang kubacakan.

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini perempuan jalang

Mampus.

Semua orang tertawa dan tentu saja Lucas dan Doyoung jadi manusia yang tertawa paling keras di kelas ini.

"Maaf, maksudnya binatang jalang, hehe," cengirku sambil kembali duduk di bangku.

Lucas langsung menjentikkan jari. "Roti kukus cokelat keju."

"Iyeee," sahut Doyoung malas, masih dengan cekikikannya.

Tiba-tiba kelasku hening. Hampir semua anak-terkecuali kami bertiga tentunya-memandangi jendela kelas. Refleks aku ikut menoleh dan mendapati Kak Taeyong si-Ketua-OSIS-ganteng-yang-katanya-mirip-anggota-boyband melintasi koridor di samping kelasku bersama Kak Yuta si-wakil-yang-sama-kecenya-dengan-si-ketua-OSIS.

Keduanya mengetuk pintu kelas dan meminta izin Bu Daisy untuk memberikan pengumuman. Setelah itu keduanya berdiri di depan kelas.

"Selamat pagi rekan-rekan semua," ucapnya penuh wibawa. "Kami selaku perwakilan OSIS ingin menyampaikan seleksi pemilihan panitia pensi tahun ini. Untuk rekan-rekan yang ingin mendaftarkan diri, pendaftaran akan dibuka pada Senin depan sepulang sekolah."

"Pendaftaran mencakup wawancara penyeleksian," lanjut Kak Yuta dengan nada yang sama berwibawanya dengan Kak Taeyong. "Jadi, siapkan diri kalian untuk wawancara minggu depan."

Keduanya pun pamit dan keluar kelas menuju kelas lainnya.

"Wow," gumam Lucas. "Udah perekrutan panitia aja."

The TrouperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang