2

7.8K 1.2K 298
                                    

Aku masuk ke dalam kelas tanpa melihat sekitarku. Berhubung aku datang agak siang, meja yang tersisa hanyalah deretan di belakang kelas. Dasar anak-anak IPA penjilat.

Iya, aku juga anak IPA. Mau apa?

Berhubung aku anaknya pemalasan dan sudah berniat akan tidur di jam pelajaran pertama hari ini, aku memilih bangku paling belakang di barisan kedua setelah pintu.

Begitu aku duduk, seseorang dengan cepat duduk juga di bangku sebelahku. Aku menoleh dan memekik begitu mendapati oknum tersebut ternyata Lucas.

"Kok elo di sini?" tanyaku dengan wajah luar biasa kaget.

Lucas menggeleng kecil. "Nggak aneh kalo elo nggak tau. Orang kemarin aja cuma baca novel, ke depan, balik bangku, baca lagi."

Sepertinya aku harus mulai menjauhkan diri dari novel-novelku.

Tiba-tiba Arin yang baru datang melihatku. "Lho, Gwen, elo duduk sama Lucas?"

Belum sempat aku buka mulut, Lucas menyambar, "Iya, duduk sama gue."

"Sori ya, Rin," sahutku pelan.

Untungnya Arin baik hati. Ia menggeleng dengan wajah panik. "Eh, nggak apa-apa! Gue duduk di sini aja," ujarnya menunjuk meja Rachel yang berada di sebelah barisan bangkuku.

"Oh, elo kemarin duduk sama dia ya?" Sekarang giliran Lucas yang menunjukkan wajah bersalah. "Apa elo mau duduk sama Arin aja?"

"Apaan sih," kelakarku. "Nggak apa-apa kok. Emang apa salahnya juga duduk sebangku sama elo."

Ia terlihat semringah. "Nggak apa-apa kan gue duduk sebelah lo?" tanya Lucas.

"Kenapa juga harus kenapa-napa?" Aku mengeluarkan wadah bekalku dan membukanya. Makan siang kali ini adalah oseng tempe karya Kak Taeil yang akan menjadi porsi kedua sarapanku. Aku menyodorkannya pada Lucas. "Mau?"

Kukira ia akan merasa segan dan membiarkanku makan. Tahunya dia mengambil sendok dan menyuapkan nasi ke mulutnya. Sambil mengunyah ia bertanya, "Elo nggak cuma basa-basi kan, nawarinnya?"

"Enggak kok, gue emang nawarin elo," jawabku jujur. "Kalo elo belom sarapan, kita makan berdua aja."

Sepintas aku melihat tatapan berbinar Lucas. "Makasih ya."

Saat kami fokus makan, kulihat seseorang baru memasuki kelas dengan wajah judes setengah mampus dan tas selempang yang tersampir di bahunya. Ia mengenakan kaus putih polos sebagai dalaman dan mengenakan kemeja sekolah tanpa mengancingnya.

Dia Doyoung.

Hei, kenapa aku tidak tahu teman-teman sekelasku sih? Aku benar-benar harus berhenti membaca novel saat di sekolah!

Begitu Doyoung duduk di bangku persis di depanku, aku hanya cengengesan. "Ehehe, gue nggak tau elo temen sekelas gue."

Doyoung berbalik. "Wajar kok. Soalnya kemarin gue emang nggak masuk ke kelas ini."

Kali ini aku kaget. "Lah, kok bisa?"

Doyoung mengangguk kecil. "Iyaaa, kemarin gue nyasar ke kelas sebelah dan baru sadar pas bel pulang."

"Pfft."

Aku dan Lucas buru-buru menahan tawa kami sebelum meledak saat melihat tatapan tajam Doyoung. "Ketawa kalian?"

Aku menggeleng. "Enggak, gatel tenggorokan aja."

Doyoung memutar bola matanya lalu kembali menghadap ke depan. Dalam kesempatan ini aku dan Lucas saling bertatapan dan cekikikan.

Baru saja aku dan Lucas hendak melanjutkan sarapan kami, Doyoung kembali berbalik. "Bekel siapa itu?"

"Gue." Aku menyodorkan wadah bekalku pada Doyoung. "Mau?"

The TrouperHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin