21- [The Trouper] Thrid

2.5K 687 60
                                    

Author's Point of View

Third: Haemal

Hendery mematung. Matanya menatap Gwensa tajam, mencari niat lain dari ucapan Gwensa yang baru saja didengarnya. Hendery tahu betul siapa Gwensa, si pemain sandiwara yang bisa saja menyimpan niat terselubung dari tiap kata dan gerak-geriknya.

Tapi nihil. Hendery menyerah menebak apa maksud Gwensa saat ini hingga ia memilih menyingkirkan cangkir kopinya dan memajukan wajahnya. "Gue nggak tau kalo Doy-Doy udah nggak punya ibu."

"Dan kayaknya barang buktinya masih ada."

Kali ini Hendery luar biasa heran dengan Gwensa. Lagi-lagi sebuah informasi yang sebenarnya tidak diperlukan Hendery meluncur begitu saja. Tidak, ini jelas ada yang tidak beres. Apa niat Gwensa? Berbasa-basi dengan topik kematian seseorang?

Ia tahu Gwensa tidak segoblok itu. Hendery yakin gadis di depannya ini punya juntrungan yang mau tak mau melibatkan dirinya.

Gwensa meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Begitu beres, dia menyodorkan layar ponselnya pada Hendery.

Gue gapunya pilihan lain
Maaf.

Hendery mengangkat wajahnya. Kali ini ia mendapati raut Gwensa yang berusaha tenang dengan mata yang berkali-kali mengarah ke arah kirinya, lebih tepatnya pada pintu di belakang punggung Gwensa.

Hendery mencoba menilik apa yang ada di belakang Gwensa dan detik itu juga Hendery terbelalak.

Tidak, Hendery bukan pemain amatiran. Ia mengembalikan ekspresi wajahnya seperti semula dalam sekejap, mengiyakan naskah sandiwara yang sedang ditawarkan Gwensa.

"Kenapa elo nggak coba laporin aja?"

Gwensa menggeleng. "Gue juga nggak yakin soal itu. Tapi kayaknya gue inget soal halaman kantor polisi di daerah Merdeka."

Tiba-tiba telepon Gwensa berbunyi. Keduanya menatap layar ponsel Gwensa yang menampilkan foto Doyoung dengan nama kontak Duyung. Gwensa langsung menyambar ponselnya dan mengangkat panggilan itu. "Halo?"

"Di mana, Gwen?"

"Di Mr. Guan, daerah Lengkong," jawab Gwensa singkat.

"Kapan pulang? Ini udah sore. Gue jemput ya?"

"Nggak usah, gue balik sama Hendery aja."

"Nggak apa-apa?"

Gwensa menggeleng, hal sia-sia mengingat itu panggilan telepon. "Nggak apa-apa kok, nanti gue kabarin kalo udah nyampe."

Terdengar helaan napas dari seberang panggilan. "Telepon gue kalo ada apa-apa ya? Hati-hati. Love you."

Gwensa tersenyum miris, antara sedih dan senang. Ia menghela napas sebelum membalas pada Doyoung, "Love you too."

Gwensa menyimpan kembali ponselnya di atas meja. Kali ini tatapan Hendery tertuju pada gadis yang tengah menahan tangisnya. Ya, sedikit banyak Hendery bisa menebak situasi yang dialami Gwensa. Ini berat, jujur saja. Bagaimana dua orang yang terlihat saling cinta satu sama lain sedang dipermainkan situasi.

Dengan lembut, Hendery mengusap punggung tangan Gwensa. Mulutnya melafalkan kalimat tanpa suara yang bisa dengan mudah ditangkap Gwensa.

"Yang kuat ya lo."

Gwensa menganggup. Iya, dia harus kuat karena malam ini, ia sudah menumbalkan Hendery untuk sesuatu yang bahkan tak ada sangkut-pautnya dengan cowok itu. Cowok itu minimal pasti kena senggol akibat pembicaraan mereka barusan yang sudah pasti sampai di telinga seseorang yang mengikuti Gwensa dari sekolah.

Tak ada yang bisa Gwensa pikirkan lagi. Entah malam ini, besok, atau bahkan detik ketika ia keluar dari kafe ini ia harus berhadapan dengan mimpi buruknya. Tapi sungguh, Gwensa pasrah dengan apa pun yang akan ia hadapi.

Karena yang ada dipikirannya saat ini amat sederhana; biarkan Doyoung menyelesaikan pensi tanpa memikirkan masalah ini. Ia hanya berharap Doyoungnya bisa mengerjakan segalanya tanpa hambatan eksternal.

Hanya itu. Sesederhana itu. Sesederhana ingatan masa kecil Gwensa tentang betapa polosnya mereka yang berjanji memperjuangkan masing-masing dari mereka.





















Karena kenyataannya, dari dulu keduanya sudah jatuh pada masing-masing mereka.





















***

Btw, terima kasih untuk reader, walau ga seberapa, tapi aku seneeeeeeng banget liat progres cerita kampret ini ahahaha.

Btw, terima kasih untuk reader, walau ga seberapa, tapi aku seneeeeeeng banget liat progres cerita kampret ini ahahaha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Percayalah, komen kalian yang bikin aku gatega kalo nunda update

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Percayalah, komen kalian yang bikin aku gatega kalo nunda update. hehe. jadi KOMEN KEK KALIAN KAN GUE SUKA BACAIN KALIAN KOMEN

bye fellas lopyu 💚💚💚💚

The TrouperWhere stories live. Discover now