26 - Officially Done.

4.7K 675 184
                                    

Another story: Peka Seni
hehe

Another story: Peka Senihehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Gwensa

"Papski, Adek mau minta tolong bawain selimut ke Tetronida... Lima biji, Pap. Buat Adek sama temen-Jangan, Pap! Jangan bawa selimut Adek yang Thomas! Adek takut liat muka Thomas! Abu-abu nggak jelas, senyum-senyum mesum gitu..."

Aku yang tengah membantu Lucas memaku properti panggung langsung memandangi Jahe yang masih menelepon Papski dengan wajah polos dan perbincangan soal kenapa orang-orang harus takut pada muka Thomas si kereta api biru sialan yang menjengkelkan itu.

Iya, aku juga takut melihat mata bulat menyeramkan si tomas kampret itu sih.

Malam ini, semua panitia berada di sekolah demi acara pensi besok hari. Ya, akhirnya acara sialan yang membuatku ketar-ketir hampir satu setengah semester ini akan segera digelar!

Doyoung dan Kak Ten datang dengan jaket tebal dan beberapa makanan yang setengah jam lalu kami pesan. "Nih, makanan spesial sebelum besok kita diteror massa!" seru Kak Ten sambil membagikan konsumsi pada panitia yang membantu anak lapangan dan dekor menyiapkan properti.

Tak lama, Jungwoo dan Kak Johnny datang ke lapangan. "Siapa yang tidur di lapangan?" tanya Kak Johnny. "Gwen, tidur di lapangan?"

"Iya, Kak, nemenin Lucas sama Winwin yang masih set panggung buat geladi besok," sahutku.

"Pilihan yang tepat untuk nggak ikutan yang lain tidur di auditorium, Gwen." Kak Johnny menurunkan kacamatanya sedikit. "Entar lo pasti ketagihan tidur di lapangan."

Kak Johnny melangkah menuju Doyoung dan Kak Ten yang masih membagikan makanan pada panitia, sedangkan Jungwoo berjongkok di sebelahku. "Mau gue bantuin, Gwen?"

"Udah beres kok." Lucas mengangkat kayu yang baru saja kupaku. "Gwen, tolong masukin palunya ke tas gue, ye."

Kuangkat jempolku. "Sip."

Begitu aku berdiri, Jungwoo menjulurkan tangannya. Kulihat gula pasir starbak, tapi kali ini ada sebuah madu saset di bawahnya. "Buat elo."

"Tumben madu," kataku seraya menerima pemberian Jungwoo.

Ia mengangkat bahu. "Gue selalu liat ada madu saset di tas elo. Gue pikir elo suka madu. Btw, gue tinggal ya? Masih harus ngurusin promotor."

"Thanks ya."

Sambil memperhatikan langkah Jungwoo menuju gedung sekolah, diam-diam aku merasa agak tidak enak pada Jungwoo.

Madu yang selalu dia lihat bukan karena aku selalu mengestok sebagaimana Jungwoo mengestok gula starbaknya. Madu itu madu yang sama dan dari orang yang sama.

Kim Doyoung.

Kalau ketahuan Doyoung aku masih menyimpan madu pemberiannya awal PDKT, apa dia bakal mengejekku ya?

The TrouperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang