16

3.4K 763 146
                                    

sori nggak sempet edit dan revisi😭😭
.
.
.

Gwensa

"Homina homina homina homina homina..."

Aku memutar bola mataku melihat kelakuan Winwin yang sedang memijiti kaki kiri Mama. Di sampingnya, Jahe ikutan memijiti kaki kanan Mama dengan mata terpejam, seolah terhipnotis "homina homina"-nya winwin.

Berbeda dengan kedua bocah sableng itu, Doyoung tampak khusyuk memijiti pundak Mama. Wajahnya sok serius, persis tukang pijit profesional, mengalahkan wajah tukang pijit Kak Johnny.

"Adik ipar nggak mau mijitin Kakak juga gitu?" koar Kak Taeil yang sedang tiduran di sofa sebelah ranjangku.

Kulempar kulit jerukku ke arah Kak Taeil. "Berhenti panggil adik ipar sih?! Geli tau!"

"Biarin aja, Kak," sambar Doyoung dengan muka sengak yang minta ditusuk sedotan akua gelas. "Biasanya kan omongan itu doa."

Diam-diam Winwin menahan kekehannya. "Pfft, yang ngarep balikan."

"Jangan terlalu ngarep, Nyet!" ujar Jahe. Kakinya menendang kaki Doyoung dari sela-sela kursi. "Jatuh sakit tau."

Doyoung malah mendumel. "Bodo."

"Kak Gwen?"

Aku dan semua orang yang ada di ruanganku langsung menatap bocah laki-laki yang menyembulkan kepalanya di depan pintu ruanganku. Ia melihatku lalu tersenyum kikuk. Perlahan ia masuk. Tangannya terlihat menenteng rantang stainless yang jelas sekali beda dengan rantang milik Mama yang harganya tidak sampai seharga skincare Jahe di pasar.

Di belakang bocah itu, terlihat seorang wanita cantik dengan gaya anggun nan classy. Melihat itu, semua orang-termasuk Mama yang tadi sedang hepi dapet tukang pijit gratisan-langsung mengambil posisi normal. Jahe dan Winwin seketika berdiri dan merapikan pakaian mereka.

"Permisi," ujar wanita itu. "Saya mamanya Lucas, mau jenguk Gwensa."

Ternyata mamanya si kingkong cantik parah!

Tidak aneh sih, toh Lucas juga tampan.

Bocah tadi berdiri di samping kasurku dan menyimpan rantang tadi di atas nakas. "Kak Gwensa sabahatnya Kak-"

"Sahabat, sayang," ralatku seraya tersenyum. "Dan, ya, aku sahabatnya Lucas."

Ia menggaruk kepalanya pelan. "Iya, maksud aku sahabat." Ia lalu menyangga kepalanya di atas kasur. "Aku Johan."

"Halo, Johan." Kuusap kepalanya pelan. "Lucas sering cerita soal aku ya?"

Ia mengangguk antusias. "Kata Kak Lucas, Kak Gwen pendek kayak aku!"

Ingatkan aku untuk menghajar oknum Lucas ketika aku sudah sembuh.

Sementara aku mengobrol, ternyata Mama Lucas sedang asyik berbincang dengan Mama. Setelah itu Mama Lucas langsung menghampiriku. Matanya teduh sekali, memberikan kesan damai. "Nak Gwensa masih sakit?"

Aku menggeleng pelan. "Udah nggak apa-apa kok, Tante, tapi dokternya lebay nyuruh Gwen istirahat sampai hari Senin. Makasih ya, Tante, udah mau jenguk Gwen."

"Sama-sama, sayang." Mama Lucas mengelus kepalaku pelan. "Tante nggak bisa lama-lama, harus nganterin Johan buat les piano. Maaf ya?"

"Nggak apa-apa, Tante. Gwensa justru nggak enak jadi ngerepotin Tante."

"Nggak repot kok." Beliau tersenyum, menampakkan matanya yang sipit seperti bulan sabit terbalik. "Tante bikinin makanan buat Gwen. Dimakan ya? Sebentar lagi Lucas nyampe sini."

The TrouperTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon