4

5.7K 1.1K 133
                                    

Aku langsung melesat menuju pagar rumahku. Di sana berdiri Doyoung yang melambaikan tangannya padaku dengan senyum gummy-nya. Ia menggunakan kaus putih lusuh yang terlihat amat dekil. Tanpa perlu bertanya sama empunya kaus, aku tahu ia menggunakannya untuk kostum diklat teater.

Karena aku juga pakai kostum sejenis.

Kubuka pagar rumahku. "Elo ngapain jam empat pagi di sini?"

"Kita kan disuruh ke sekolahnya jam lima pagi."

Di bekalang Doyoung tak terlihat kendaraan apa pun. "Elo naik apa ke sini?"

Ia mengangkat pundak. "Angkot."

"Emang ada angkot jam empat pagi?"

"Buktinya gue udah di sini."

Aku menghela napas pelan. "Yaudah, gue mau manasin motor dulu. Elo tunggu aja di ruang tamu. Ada kakak gue kok."

"Eh, tunggu."

Doyoung menahan tanganku. Aku berbalik menghadapnya. Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan sesaset madu yang ia taruh di tanganku. Sebelum aku bertanya, Doyoung buru-buru berujar, "Buat lo."

"Buat gue?"

Doyoung mengusap tengkuknya kikuk. "Emmm, makasih soal nganterin gue waktu itu. Gue... liat elo kemarin pucet pas kita latian naskah. Karna gue bingung, jadi gue beliin madu."

Ya Tuhan, dia lucu sekali sampai aku tidak bisa tidak tersenyum. "Makasih."

"Eh, ada tamu."

Kami berdua refleks menatap ke arah pintu rumahku. Terlihat Kak Taeil dengan kaus rumahnya dan wajah setengah mengantuk. "Ayo, masuk dulu."

"Udah mau berangkat, Kak," sahutku.

"Eh," lirih Doyoung, "gue mau salam dulu sama kakak lo."

"Tinggal."

Dengan langkah kaku, Doyoung melintasi halaman rumahku dan salam pada Kak Taeil. "Doyoung, Kak."

"Temen sekolah Gwensa, ya?"

"Iya, Kak," angguknya. "Sekelas sama satu ekskul."

Kak Taeil mengangguk kecil. "Jagain adik Kakak, ya?"

Lucunya, Doyoung memberi hormat ala anak paskibra pada Kak Taeil. "Siap, Kak!"

Kak Taeil lalu menatapku. "Heh, kamu anak perawan! Ada tamu bukannya disuguhin malah manasin motor!"

"Eh, nggak usah, Kak. Ini mau langsung berangkat aja," tolak Doyoung halus. "Saya malah nggak enak pagi-pagi bertamu trus ngerepotin."

Nice save, Doyoung.

Kak Taeil pun pamit tidur lagi (memang kakakku itu agak kebo) dan Doyoung berjalan menghampiriku. "Sini, biar gue bawa motor lo."

Kuserahkan kunci motorku padanya. "Berat kali motor dibawa."

"Lucu," sahutnya datar.

Doyoung pun naik ke atas motorku. Ia lalu menoleh ke arahku. "Elo kalo kenapa-napa, bilang sama gue. Bakal ribet gue kalo anggota kelompok gue sampe semaput."

"Bacot banget," ucapku bete sambil naik ke atas motor. "Iyaaa, nanti gue kasih tau elo kalo gue mau semaput."

"Awas aja lo ngerepotin gue!"

"Iyaaaa, bawel banget sih lo kayak emak-emak nawar harga di pasar!"

"Elo teriak-teriak kayak bapak-bapak main gaple!"

Dari spion, aku bisa melihat Doyoung yang tersenyum. Entahlah, aku tidak tahu apa yang membuatnya tersenyum.

Tapi aku harus akui itu adalah senyuman yang manis.

The TrouperWhere stories live. Discover now