7

6K 1K 179
                                    

Ruang rapat OSIS sudah penuh dengan calon panitia pensi. Di seberang mejaku, duduk Jungwoo yang sejak tadi hanya melirik kanan dan kirinya canggung. Sumpah deh, kelakuannya persis anak SMP di hari pertama masuk sekolah daripada siswa SMA habis diklat tata boga.

Seketika atmosfer ruangan berubah ketika Kak Taeyong masuk ke ruang rapat, disusul Kak Yuta, Kak Ten, dan Kak Johnny YANG MASIH MENGGUNAKAN KACAMATA HITAM LAKNATNYA sebagai orang-orang dengan pengaruh tertinggi di sekolah ini. Kentara sekali wibawa dari keempat orang tersebut sampai-sampai aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari mereka.

"Keren banget gila," lirih Jahe dengan mulut mangap dan mata berbinar. "Pantesan jadi pentolannya Tetronida."

"Gue tipe yang menikmati aja ah, nggak mau jadi salah satu pentolan sekolah. Gue kan nggak bisa hits," lirih Winwin polos seolah dia tidak tahu bahwa dirinya populer di antara anak cewek Gedung C terlebih yang pas olahraga satu lapangan dengannya.

Atau jangan-jangan dia memang tidak tahu.

Doyoung mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Elo udah punya ide buat tema pensi?"

"Cuma ide buat panggungnya doang," ucapku pelan ikut-ikutan berbisik.

Lucas langsung mendorong bahu Doyoung menjauh. "Heh, lu ngapain deket-deket Gwen?"

"Sewot!" balas Doyoung jengkel. "Orang lagi bisik-bisik juga!"

Kini giliran Lucas yang mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Taruhan, si Doyoung—"

"Gibah lu!" Gantian Doyoung yang mendorong pundak Lucas. "Minggir!"

Ini bocah dua kenapa sih?!

"Selamat sore semuanya." Kak Taeyong mulai membuka rapat. "Berhubung kalian semua juga udah tau kan kalo ini rapat pensi, gue mau langsung mulai aja di konsep acara sekalian untuk pembagian divisi. Ada yang mau memberikan ide?"

Kak Yuta mengangkat tangannya. "Gue punya ide. Gimana kalo pensi taun ini temanya Harry Potter?"

Kak Johnny menautkan tangannya di atas meja. "Harry Potter?"

"Iya. Kita mau ngambil dari sore ke malem, kan? Jadi bisa tuh panggung kita set gelap dengan kastil-kastil di Harry Potter. Dresscode-nya kostum karakter yang ada di filmnya."

"Oke, kita simpen dulu." Kak Taeyong lalu berbisik pada Kak Jaen selaku sekretaris OSIS. "Nah, selagi Jaen mencatat, ada lagi yang mau memberikan konsep pensi?"

Kini Gea, anak ekskul tari, ikut buka suara. "Ide dari saya tentang budaya, Kak. Konsep panggungnya bakal lebih banyak dihias dengan tema batik dan wayang-wayang. Soal dresscode, kita bisa pakai pakaian-pakaian tradisional."

Kak Taeyong mengangguk kecil. "Oke. Ada lagi yang lain?"

Jahe mengangkat tangannya. "Saya nggak ngasih ide spesifik sih, Kak. Tapi saya kepikiran buat bikin tema pensi agak vintage retro gitu. Eh, bedanya vintage sama retro apa ya?"

"Ah, iya, gue ngerti," Kak Taeyong menjentikkan jarinya. "Sejauh ini ide-idenya masih bisa kita matengin lagi. Ada yang mau matengin ide yang ada? Atau justru ngasih usulan lain?"

"Tema kampus?" celetuk Kak Ten. "Kita bisa bikin stannya kayak jurusan-jurusan gitu. Target kita kan orang-orang gede nih. Pasti banyak anak-anak kampus. Biar mereka ngerasain kampus dengan bentuk menyenangkan."

"Boleh," sahut Kak Taeyong. "Ada tanggapan?"

"Gue bukan mau ngasih ide sih," ujar Kak Johnny santai. "Tapi gue punya seorang kandidat yang sepertinya mau ngasih ide dari tadi." Kak Johnny menurunkan kacamata hitamnya. Dari sini aku bisa melihat Kak Johnny menatap lurus-lurus ke arah sampingku. "Doyoung?"

The TrouperWhere stories live. Discover now