20

12.5K 1.5K 337
                                    

"Rose, I need to talk" Jaehyun menyahut tangan Rose kasar.

Kebetulan mereka berpapasan di lorong appartemen.

Rose menghela nafasnya. Apalagi kali ini? Bukankah lelaki itu sudah sangat bebas melakukan yang ia mau? Bahkan akhir akhir ini Jaehyun sering pergi ke club bersama Chaeyeon.

"Apa?" Rose menghempaskan tangan Jaehyun.

"Berhenti menyiksaku" Ucap Jaehyun dingin.

"Menyiksamu?" Rose heran. Bukankah dia tak melakukan apapun pada Jaehyun.

Jaehyun mendorong tubuh Rose hingga menempel ke tembok, dan mengurungnya dengan kedua tangannya. Nafas Jaehyun berderu, bersahutan dengan nafas Rose yang mulai tak stabil. Sorot mata Jaehyun terlalu menyeramkan untuk ditatap sedekat ini.

"Aku tidak suka melihatmu dengan Chris. Kau tahu? Aku selalu mengawasimu, aku tahu kau makin dekat dengannya. Hentikan atau aku yang memberhentikan?" Suara Jaehyun menguat. Kebetulan lorong sedang sepi, dan matahari hampir tenggelam.

Rose berdecih dengan segala keberaniannya."Kau yang berhenti. Berhenti mengekangku, kau sendiri yang bilang kita hanya teman. Namun kau mengekangku melebihi seorang teman Jaehyun. Please wake up! Dari dulu kau selalu mengatakan tak suka aku dengan lelaki lain, tapi kau sendiri? Bahkan kau sekarang sudah menjadi milik Chaeyeon." Ucapan Rose menjadi sangat kuat kata demi katanya. Wajah Rose memerah, air matanya hampir tumpah menahan emosi yang tak tahu harus dilampiaskan dengan cara apa.

Jaehyun hanya menatap Rose tajam, seolah tahu jika gadis itu akan melanjutkan ucapannya.

"Kau yang menyiksaku! Kau memperlakukanku seperti kekasihmu. Kalau boleh jujur, aku menyayangimu! Aku menyayangimu lebih dari seorang teman. Tapi kau malah meninggalkanku, saat aku benar benar sudah jatuh padamu, dan aku sendiri harus mengubur kenyataan bahwa aku menyayangimu. Entah aku yang terlalu lemah atau bagaimana, semua perlakuanmu selama ini seolah meninggalkan harapan padaku. Sekarang maumu apa? " Rose sudah benar benar menangis sekarang. Entah sadar atau tidak, gadis itu telah mengungkapkan perasaannya.

Jaehyun mencerna segala kata yang keluar dari bibir Rose. Sementara Rose menstabilkan nafasnya.

"Terimakasih, kau sudah membantuku mengubur rasaku untukmu. Tolong biarkan aku menjalani hidupku sendiri. Jangan siksa aku lagi. Anggap saja kita tidak kenal, kau tidak perlu cari tahu lagi tentang aku. Blokir seluruh sosial mediaku." Nada Rose mulai melemah.

"Rose, I love both of you. Chaeyeon and you" Sorot mata Jaehyun melembut.

"I do love you. But I won't love you anymore, I think." Rose tersenyum pahit.

"Rose-"

"Jangan egois, kau tidak bisa mengikat dua wanita sekaligus" Rose menyingkirkan tangan Jaehyun dan meninggalkan lelaki itu.

-----

"Akhirnya kita bertemu" Jaehyun tersenyum. Lelaki dihadapannya juga tersenyum.

"Sudah selesaikah tugasku mengawasi mawarmu?" Lelaki bernama Yuta itu tersenyum miring.

"Sudah cukup. Kau akan mendapatkan imbalannya segera." Ucap Jaehyun bangga.

"Aku tidak mau uang" Tolak Yuta.

"Lalu?"

"Ayolah, give me some more" Bujuk Yuta.

Lelaki yang juga berprofesi sebagai dokter di Bang Hospital itulah yang selama ini menjadi narasumber Jaehyun untuk menanyakan soal Rose, serta memantau kedekatan Rose dengan Chris.

"Kau menyerah?" Tanya Yuta remeh.

"Maksudmu?"

Yuta menyesap kopi dihadapannya sejenak. "Yang kau ceritakan via telefon semalam. Rose bilang kau tak bisa mengikat dua wanita sekaligus. Jika kau tak bisa lepaskan Chaeyeon, berarti kau lepaskan Rose untuk Chris?"

Jaehyun diam. Yang dikatakan Yuta benar. Secara tidak langsung, ia menyerah pada Rose.

"Dia menyangiku. Tidak mungkin ia meninggalkanku menuju Chris semudah itu" Remeh Jaehyun.

Yuta bertepuk tangan. "Dia menyayangimu karena terbiasa denganmu. Mari kita ganti subjeknya. Dia bisa menyayangi Chris karena terbiasa dengan Chris. Got the point?"

Omongan Yuta dapat diterima. Jaehyun jadi semakin bingung.

"Aku harus bagaimana? Mereka sudah terlanjur terbiasa bersama. Aku harus mengubah shift Rose menjadi shift malam agar tak bertemu Chris?" Ucapan Jaehyun semakin tak tentu arah.

"Hahaha, tidak berkelas. Memangnya kau siapa mau merubah shift Rose? Chris itu kepala rumah sakit, kakeknya pemilik rumah sakit. Mau kau usahakan seperti apapun, kalau Chris ingin Rose tetap satu shift dengannya, maka mereka akan tetap bersama. Kecuali kau beli rumah sakit itu, lalu atur sesuai keinginanmu" Celoteh Yuta.

"Ide bagus" Jaehyun merogoh telepon genggamnya di saku. Sesaat setelahnya sambungan telepon sudah terhubung.

"Jungwoo, urus pembelian saham Bang Hospital. Kuasai saham mereka sebesar mungkin. Sampai JJ corp. punya kuasa atas rumah sakit itu"

Yuta melongo. Sungguh niatnya hanya bercanda. Bisa bayangkan se kaya apa lelaki bermarga Jung itu?.

"Kau gila? Kau membeli sebuah rumah sakit seperti membeli permen."

Jaehyun tersenyum simpul. "Aku menjalankan idemu"

Yuta melebarkan matanya. "Aku bercanda J"

"Sudahlah, Jungwoo segera mengurus semuanya. Siapkan dirimu, beberapa hari atau minggu lagi mungkin kau yang ku angkat menjadi kepala JJ hospital" Ucap Jaehyun bangga.

"Orang gila" Ceplos Yuta masih tak percaya.

"Kau bisa gila karena wanita memang" Celetuk Jaehyun.

"Sebenarnya mengapa kau ingin sekali mengikat mereka berdua?"

Jaehyun menyandarkan punggungnya pada kursi. "Ada sesuatu yang tak bisa kudapatkan dari Chaeyeon yang bisa kudapatkan dari Rose. Begitupun sebaliknya"

Yuta jadi makin kaget. "Bro, hati hati. Karma itu ada."

"Kalau kau jadi aku, kau pilih siapa?" Tanya Jaehyun iseng. Entah iseng, atau mungkin sebuah pertimbangan.

"Rose for sure. Dia cantik, baik, penyabar, ah segala sifat baik wanita ia miliki" Jawab Yuta mantab.

Jaehyun mengangguk angguk. "Chaeyeon itu cinta pertamaku. Almarhum ibunya juga menitipkan ia untuk ku jaga."

"Dia sudah dewasa, itu hanya janjimu dengan ibunya semasa SMA. Sebelum kau memergokinya--- ups. Maaf" Yuta membungkam mulutnya.

"Sudahlah. Yang jelas aku sudah satu langkah untuk membuat Rose dan Chris sedikit waktu untuk bertemu" Ucap Jaehyun.

"Kau akan mendepak Chris dari sana?"

"Ya, itu tujuanku"

"Kau sudah gila."

"Sudah kubilang kau memang bisa gila karena wanita."

"Cara berfikirmu pendek sekali. Kau tahu ada dua kemungkinan atas sebuah keputusan? Baik, dan buruk. Baiknya Chris akan kehilangan Rose. Buruknya, kau yang kehilangan Rose." Nasihat Yuta.

"Tidak perlu pikirkan kemungkinan. Mari kita berfikir optimis." Jaehyun menyesap kopinya santai.

"Terserahmu saja" Pasrah Yuta.

----
Sebel sm jaehyun ih.
Makasih dah bacaa, i luv u semuaa💖💖💖💖

Friend of A lifetime : JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang