36

12K 1.4K 56
                                    

Rose membuka matanya yang berat. Seingatnya tadi, ia pergi berjalan ke kedai es krim dekat klinik seusai bekerja.

"Hei kau siapa? Mengapa aku dalam mobilmu?" Bingung Rose. Tangannya terikat dengan kencang membuatnya meringis saat berusaha menggerakkan tangannya.

"Jawab aku! Kau tak punya mulut ha?" Rose tak ingin meredam emosinya kali ini.

"Shut up lady!" Potong seseorang dibalik kemudi. Suaranya terdengar berat dan kasar.

"Tell me, where you gonna take me? Atau aku akan teriak." Ancam Rose.

"Teriaklah, tak akan ada yang bisa dengar."

Tak ada yang bisa dilakukannya, tangannya terikat kebelakang. Terlalu sulit untuk digerakkan. Yang bisa ia lakukan hanya mencoba mengenali rute perjalanannya lewat kaca depan mobil.

"Chaeyeon." Gumamnya lirih kala otaknya mengenali jalanan yang tak asing.

Benar saja, mobil yang membawanya dengan kencang itu membelok menuju basement gedung JC corp.

"Turun" Ucap seseorang dengan masker dan pakaian serba hitam. Orang yang sama dengan pengemudi yang membawa Rose.

Rose menggeleng. "I won't"

"Keluar!" Ucapannya semakin terdengar kasar.

"Aku bilang tidak mau!" Lawan Rose.

Seolah tak ada pilihan, lelaki berbadan kekar itu menarik Rose dengan kasar, lalu memaksa kaki Rose melangkah memasuki lift.

Tak ingin menyerah begitu saja, Rose meronta dengan sekuat tenaga. Tangannya yang terikat, membuatnya tak bisa bebas bergerak.

Dug...

Kaki Rose menendang tulang kering lelaki itu. Membuat cengkramannya pada kedua bahu Rose lepas. Namun Rose tak ada akal untuk kabur, hanya dengan susah payah ia mencoba menekan tombol tombol pada lift. Berharap segera berhenti dan terbuka.

Plak....

Tamparan kasar yang nampaknya lebih terasa seperti pukulan itu menghantam pipi kiri Rose. Membuat sudut bibir Rose berdarah. Setitik air matanya turun, rambut coklatnya yang digerai turut berantakan.

"Told you to shut up. Aku tidak akan menyakitimu jika kau menurut."

Pintu lift terbuka. Lelaki itu kembali menarik tubuh Rose kasar. Melewati beberapa anak tangga dan membuka sebuah pintu besi. Rooftop.

Seorang wanita nampak berdiri di ujung bangunan. Menghadap ke arah berlawanan. Rambut dan gaun bermotif bunganya diterpa angin.

Tubuh Rose dihempaskan hingga terjatuh. Sungguh, Rose hanya bisa pasrah. Tubuhnya terlalu kecil untuk melawan.

"Oh hai, kau sudah sampai" Wanita itu berbalik.

Sesuai dengan prediksi Rose, Chaeyeon berdiri dengan senyum sinisnya.

"Tugasmu selesai. Thanks" Chaeyeon melempar amplop coklat, lelaki kekar itu menangkapnya dengan cekatan kemudian berlalu pergi.

Rose hanya tertunduk, merasakan lututnya yang sepertinya tergores. Serta rasa perih di sudut bibirnya.

"Oh, dia menyakitimu? Kalau Jaehyun tahu aku pasti sudah mati ditangannya. Tapi sayangnya, kau hanya berdua denganku disini" Chaeyeon berjongkok, memaksa untuk Rose menampakkan wajahnya. Tangannya mengangkat dagu Rose kasar.

"Apa maumu?" Tanya Rose.

"Tidak ada. Aku tidak ada urusan denganmu sebenarnya. Hanya saja, kau terlalu ikut campur dengan urusanku." Chaeyeon berkata sinis.

Friend of A lifetime : JaeroseWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu