(1)Bertemu

1.4K 186 499
                                    


***

Pertemuan tak terduga bisa jadi awal dari sebuah cerita

***


Bintang menghentikan laju motornya di depan rumah berpagar hitam dan bercat tembok warna hijau. Tadi sebelum berangkat dari rumah, Ibunya menitipkan pesanan kue untuk diantar ke rumah ini.

Rumahnya Pak dokter.

Begitu Bintang menyebutnya. Karena pemilik rumah ini ialah seorang dokter spesialis. Bintang menuruni motor dan berjalan melewati gerbang yang kebetulan terbuka.

Sampai depan pintu utama yang memiliki dua daun pintu. Satu terbuka dan satunya lagi tertutup, dia mengetok pintu.

"Assalamu'alaikum."

"Permisi ...."

"Assalamu'alaikum."

Tidak ada sahutan, mungkin pemilik rumah tidak mendengar. Melihat rumah yang besar ini, kecil kemungkinan suara Bintang akan terdengar. Cowok itu beredehem untuk menyiapkan suaranya.

"ASSALAMU'ALAIKUM, PERMISIIII ...."

Bintang mengulanginya lagi lebih keras.

"Wa'alaikumsalam," sahut seseorang tak lama kemudian. Cewek dengan seragam putih abu dan tas yang menyampir di bahu, keluar menghampiri Bintang.

"Gak usah teriak-teriak kenapa sih? Ini rumah bukan hutan," omel cewek itu setibanya di depan Bintang. Melirik sinis pada seorang cowok di depannya yang memakai seragam sama seperti dirinya sambil membawa paperbag.

"Lagian daritadi gak ada yang keluar," balas Bintang memperhatikan cewek di depannya.

Cewek itu melipat kedua tangannya di depan dada kemudian menyandarkan tubuhnya ke pintu.

"Lo tau gunanya bel apa!?" cewek itu menekan tombol bel yang berada di sampingnya.

Bintang melototkan matanya. Sejak kapan ada bel disitu? Atau sejak kapan dirinya tidak memikirkan ada bel di rumah ini atau tidak.

Bodoh.

Tahu begitu, tadi Bintang tekan bel saja dan tidak perlu teriak-teriak yang membuat tenggorokannya sakit. Bintang menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia merutuki kebodohannya sendiri.

Cowok itu berdehem untuk menutupi tingkah konyolnya,
"Gue lagi menetralisir suara gue ... Ehem ... hem ... ehem."

Cewek itu, Airin. Memicingkan matanya aneh.
"Jangan-jangan lo gak liat ya ada bel rumah?" tanya Airin tepat sasaran.

Bintang melebarkan matanya.

"Iyakan?" Airin menuding Bintang dengan telunjuknya.
"Ck, aelah bego banget si lo? Atau mata lo minus? kalo minus tuh pake kacamata!" cewek itu menarik kembali tangannya dan memutar bola matanya.

"Eh! mata gue sehat walafiat gak minus sama sekali! Pake ngatain bego lagi!" sewot Bintang tak terima dikatain-katain oleh Airin.

Airin hanya mendesis sinis mendengarnya.

Selang beberapa detik, wanita paruh baya yang sudah rapi mengenakan baju kedinasan keluar menghampiri keduanya.
"Eh ... itu kue pesanan saya yah?"

Bintang menyerahkan paperbag berisi kue ke wanita tersebut.
"Iya Tante," ucapnya sambil tersenyum.

Tante Ratna yang merupakan bunda Airin menerimanya.

Kata Ibunya Bintang, tante ini sudah membayar kuenya waktu memesan jadi Bintang langsung berpamitan. "Ya udah Tante, saya pamit takut telat ke sekolah," pamitnya lalu membungkukkan badannya sebelum berbalik badan.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang