(7)Cafe

415 108 83
                                    


Malamnya mereka pergi bersama.

Bintang memasuki cafe di ikuti oleh Airin di belakang. Cowok itu mengedarkan pandangannya. Dia menemukan teman-temannya berada di tempat paling pojok. Bintang melangkah menghampiri.

Airin hanya mengikuti, tapi kemudian mendahului Bintang setelah melihat salah satu teman Bintang yang dikenalnya. Di sana Gio—teman sekelasnya waktu SMP—sedang duduk membelakanginya. Cowok itu tidak sendiri, ada dua orang yang menemani. Sepertinya mereka tengah asyik membahas sesuatu.

Airin memelankan langkahnya yang semakin dekat. Cewek itu jadi menempelkan telunjuknya di bibir ketika dua cowok di depan Gio melihat aksinya. Begitu berada tepat di belakang Gio, Airin langsung menutup mata Gio dengan kedua tangannya.

"Heh?! Apa ini?!!" Gio memekik kaget.

"Hayo? Siapa hayo?" ujar Ferdi yang duduk di depan Gio.

Erlan pun yang duduk di sebelah Ferdi ikut menimpali. "Tebak siapa Gi? Siapa?"

"Siapa sih?" Gio mulai meraba tangan yang menutupi matanya tapi tidak berusaha menyingkirkan.

"Masa iya tangan Bintang jadi kecil gini?" katanya merasakan tangan kecil yang dirabanya. "Cewek ya?" tebaknya.

Airin mengulum bibir ke dalam, menahan agar tak bersuara.

"Fans gua?"

Gak salahkan kalau Gio bilang gitu? Dirinya ini seorang selebgram. Punya banyak fans. Banyak orang terutama cewek yang ingin foto bersama dengannya.

Airin mendelik. Tidak sudi Airin jadi salah satu fans cowok ini. Airin jadi melepas tangannya yang menutupi mata Gio. Perlahan Gio menoleh, kini keduanya saling tatap.

"PANDANGAN PERTAMA AWAL AKU BERJUMPAAA...." Erlan mulai bernyanyi.

"Ihiiiiirr....," Ferdi jadi ikut-ikutan.

Bintang yang barusan duduk di sisi kanan Ferdi jadi menggeleng pelan melihat kelakuan tidak jelas dari teman-temannya ini.

"Pandangan pertama apaan heh?!" sewot Airin mendelik ke Erlan.

Gio agak menggeser duduknya, mempersilahkan Airin untuk duduk di sebelahnya. "Eh Airin, apa kabar?" tanya Gio basa basi.

"Apa kabar apa kabar! Amit amit ya Gi, gua jadi fans lo! Cih!!" Airin berkata sinis sambil mengerucutkan bibir pada Gio di sampingnya.

"Iye iye, maap dah."

Airin mengendikan bahunya. Tak peduli.

"Cie ... jadi lo berdua beneran jadian?" Erlan menuding nuding Bintang.

Bintang membuang muka tak peduli.

"Ini pertama kali lo bawa cewek kumpul sama kita loh, biasanya kan itu noh si Erlan yang suka bawa ceweknya," kata Ferdi lalu mengambil gelas minumnya.

"Cewek gue sibuk katanya mau pergi bareng temen temennya," ujar Erlan agak mencebik kecil.

"Ciaa... Dicuekin."

"Hahahahah..." Gio dan Ferdi tertawa meledek.

Airin tak ikut-ikutan, ia mengambil asal minuman di meja kemudian meminumnya.

"Eh buset itu minuman gua woy!" Gio memprotes kecil.

Airin melepas gelas dari bibir. "Kelamaan kalo pesen!" kata Airin kemudian kembali meminumnya lagi.

"Gue kesana," pamit Bintang mulai beranjak. Yang dijawab anggukan dari ketiga temannya, sedangkan Airin masih menikmati minumannya.

"Mau ikut gak? Mau bikin video nih," ajak Gio mulai mengutak-atik ponselnya untuk membuat sebuah video.

"Ikut dong ikut!" ujar Airin bersemangat.

"Sini Gi, hpnya taroh sini aja!"

"Madep sini aja, Gi!"

"Sono aja tuh back ground nya bagus."

"Situ oy, biar mukanya keliatan putih!"

"Eh jangan di situ gelap, sini aja yang terang kena lampu soalnya."

Gio bingung.
"Sssst!!! Diem lo pada!!!" sewotnya. "Gua yang atur!"

Gio mulai mengatur posisi ponselnya. "Nah ... gini yang betul! Lo berdua sini buru!" tunjuknya pada Erlan dan Ferdi.

Mereka menurut. Duduk di bawah Gio dan Airin. Mereka sudah mantab dengan posisinya masing-masing.

"Gue yang pencet.
Dah siap?? Satu... dua....tiga...," ucap Erlan.

Erlan menekan tombol pada layar hp. Suara musik pun terdengar,

"ENTAH APA YANG MERASUKIMU........"

"HINGGA KAU TEGA MENGHIANATIKU..
YANG TULUS MENCINTAIMU..."

Mereka kompak melakukan gerakan yang sama. Mengikuti alunan musik.

Sampai banyak pengunjung yang memperhatikannya. Tapi mereka tidak tahu malu. Mereka bahkan tertawa tawa ngakak, tidak peduli pengunjung yang menatap mereka.

"Coba liat hasilnya coba!"
Gio langsung menyambar ponsel miliknya.

"Lagi dong! Ulangi!! seru!" ujar Airin dengan sisa sisa tawanya. "Si Ferdi lucu ih! Masa kayak gitu?" kemudian tertawa lagi.

"Apaan lu Fer, kaku gini kayak robot!" ucap Erlan meledek.

"Erlan noh menikmati sekali!" tuding Gio.

"Selamat malam semua....."

Suara dari panggung kecil di cafe itu membuat seluruh pengunjung cafe menoleh, termasuk Gio dan lainnya.

"Bintang mau nyanyi woy." Ferdi menepuk paha Erlan menyuruhnya berdiri. Ia berdiri kemudian duduk di tempatnya kembali. Erlan pun mengikuti.

Airin mengernyitkan dahi.
Nyanyi?
Oh iya Airin baru ingat, si Bintang kan juara lomba musik tahun lalu dengan patnernya yaitu Elsa.

"Dia sering yah nyanyi di cafe gitu?" tanya Airin penasaran.
Ketiganya mengangguk. Airin kembali menatap Bintang.

Setelah menyapa pengunjung dan memperkenalkan diri, Bintang melanjutkan.

"Oke. Malam ini saya akan menyanyikan lagu yang judulnya 'Hanya Rindu' dari Andmesh. Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang saya rindukan, jauh di sana. Asik...... Yap. Semoga kalian suka dan terhibur."

"Gua heran sama tuh anak dah, kalo di kelas aja diem tapi di luar ya gitu. Bisa ngomong panjang kali lebar," heran Erlan.

"Bagus dong! Lah elu apaan? Tong kosong berbunyi nyaring!" ucap Ferdi membuat tawa Gio dan Airin meledak.

Erlan mengumpat. Menjitak kepala Ferdi dan Gio. Sedangkan Airin hanya ia pelototi.

"Udah diem deh, tuh mau mulai!" ucap Airin melerai mereka. Gio jadi membatalkan niatnya yang ingin membalas Erlan. Begitupun dengan Ferdi.

Terlihat di sana Bintang mulai memetik gitar yang dipangkunya.

***







BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang