(10)Es krim

392 90 82
                                    

"Hayo loh nanti lo bakalan digangguin," ucap Bintang yang sedari tadi terus meledek Airin.

Keduanya sedang berjalan menuju ke tempat motor Bintang di parkir.

"Iiiihhh gue gak sengaja ...," rengek Airin lalu mengerucutkan bibirnya.

Jadi, tadi Bintang mengajak Airin ke TPU. Entah mengunjungi makam siapa, Airin tidak tahu. Airin yang ingin ikutan jongkok tak sengaja menyenggol nisan di belakangnya. Hampir saja gadis itu menjerit kalau Bintang tak sigap membengkap mulutnya.
Untung nisannya gak apa-apa.

Airin itu sebenarnya takut. Waktu masuk ke tempat itu saja ia selalu memegangi jaket Bintang.

"Sepupu gue pernah kayak gitu. Lo tau gak besoknya dia kenapa?" ucap Bintang menakut nakuti.

Airin berhenti kemudian menoleh ke Bintang dengan penasaran.

"Dia  ... " Bintang ikut berhenti, "Digangguin sama tuh makhluk yang gak keliatan."

Airin mendelik. "Bintang! Iiihhhh .... Jangan nakut nakutin!!" sentaknya merasa takut sendiri. Ia tuh paling takut cerita mistis atau horor. Nonton film horor saja gak pernah nyampe abis, padahal nontonnya rame-rame. Masih mending baca buku horor daripada filmnya, kalau kata Airin.

Bintang kembali melangkah sembari merogoh kantung jaketnya mengambil kunci motor. Ia lalu memasukan  ke lubang kunci setibanya di motornya.

"Beneran iiiiihhh!!!!! Gue harus gimana??????!!!!!" kata Airin mencak-mencak.

Bintang berbalik. "Bukan urusan gue," ujarnya yang membuat Airin melotot. Cowok itu kemudian menaiki motornya.

Dengan cekatan Airin mengambil kunci motor Bintang, membawanya ke saku bajunya.

"He! Balikin!" Bintang mencoba meraih kuncinya.

Airin menghindar, "gak akan." Airin tidak membiarkan Bintang mengambilnya begitu saja.

"Nggak mau pulang lo!?" ancam Bintang.

"Gue bisa pulang tanpa motor lo kok," kata Airin menjawab ancaman Bintang.

Bintang berdecak sebal. "Siniin kuncinya, Airin."

"Lo harus beliin gue es krim dulu, baru gue balikin." Airin melipat tangannya depan dada.

Bintang berdecak lagi, menatap Airin dengan sorot peringatan.

Airin menoleh ke kanan kemudian ke kiri. Pertanda ia tak gentar dengan peringatan itu.

Bintang menghela berat, mau tak mau ia beranjak. Dia tahu, tidak akan menang melawan gadis di depannya ini.

Airin tersenyum menang. "Gue nunggu di sana ya," tunjuknya pada tempat duduk panjang yang berada tidak jauh dari motor Bintang.

Bintang melenggang pergi untuk membeli es krim.

⭐⭐⭐


Airin sedari tadi menggerutu, karena Bintang yang tak kunjung datang. Ia memainkan kakinya, menggesek gesekan pada tanah sembari mengerucutkan bibir.

Tak lama, Airin mendengae suara kaki melangkah mendekatinya. Airin menemukan kantong kresek putih ketika ia mendongak. Ia jadi tersenyum menoleh ke Bintang yang mulai duduk di sampingnya.

Bintang mengambil dua es krim dari kantong tersebut. Menyodorkan satu pada Airin dan satunya lagi untuk sendiri. Kemudian membuang bungkusnya pada tong sampah di sampingnya.

"Kok es krim ini sih?"

"Yang murah cuma 2 ribu," jawab Bintang kalem.

"Pelit! Beliin cewek es krim cuma yang harga 2 ribu, pantes cewek-cewek pada minggat gak mau deketin!" lirih Airin mencibir kecil. Ia jadi melirik sinis ke Bintang. Tapi sebuah ide muncul di kepalanya.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang