BAB 4 :. Hujan

1.1K 110 3
                                    

Salsha sedang mendengarkan musik dari earphone saat Gia perlahan membuka pintu kamar perempuan itu. Gia memperhatikan Salsha yang tengkurap sambil sesekali menganggukan kepala seiring alunan musik yang dia dengar.

Gia langsung bergabung memeluk Salsha dari samping membuat Salsha sedikit tersentak kaget.

Salsha menatap Gia sejenak kemudian melepas sebelah earphone-nya. "Kenapa lo? Berantem sama Kak Jordan?

Gia menggeleng. Biasanya kalau sudah begini buntutnya Gia akan curhat sampai tertidur di kamar Salsha. Tapi kali ini tidak, cewek itu justru menyanyai Salsha. "Lo gak ada yang mau diceritain sama gue?"

Salsha mengernyit. "Apa?"

"Apa gitu, kejadian di kampus, gak ada emang?"

"Di kampus?" Salsha begumam. "Apa? Gue tadi gak ada dosen langsung pulang terus ke mall sama Mala nonton spiderman. Udah gitu doang."

Gia melepaskan pelukannya dan mengubah posisi menatap langit-langit kamar Salsha. "Let me mention today how lucky i am to see your beautiful face. Itu maksudnya apa?"

"Biar gue kasih tahu betapa beruntungnya gue bisa lihat wajah cantik lo," jawab Salsha mengartikan.

Gia berdecak. "Bukan! Maksudnya, kenapa Dimas bisa chat kayak gitu ke elo?"

Salsha mengembuskan napas mendengar nama Dimas disebut. "Kenapa juga lo biarin dia ngirim chat kayak gitu?"

"Mending daripada gue kasih nomer lo?"

Salsha melotot. "Jangan pernah ngasih nomer gue!"

"Iya." Gia menatap Salsha penasaran. "Kok bisa sih?"

"Gue satu organisasi sama Dimas."

"Panorama?"

Salsha mengangguk. "Masa waktu perkenalan dia ngaku-ngaku ataxia, Gi. Itu anak fix sih, mau bales dendam ke gue soalnya... "

Salsha mengulum senyum membuat Gia memicingkan mata curiga. "Soalnya?"

"Soalnya dia banyak yang ngedoain biar panjang umur gitu," kata Salsha sambil tertawa geli.

"Ha?" Gia ikut tertawa geli. "Dih. Seriusan Sal?"

Salsha mengedikkan bahunya. "Gak tahu deh. Dia bilangnya sih gitu. Lo kan yang sejurusan sama Dimas, masa gak tahu?"

"Enggak." Gia menggaruk kepalanya. "Yah, gue gak pernah perhatiin sih, perasaan itu anak ya baik-baik aja."

Salsha menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak mengerti bagaimana akhirnya sampai seperti ini.

"Jadi, lo sekarang temenan nih sama Dimas?"

"Enggak lah!" Salsha langsung merengut. "Gue masih inget banget ya gimana lancangnya cowok itu!"

🐾

Rapat rutin perdana bagi Panorama sore ini berjalan ricuh. Berawal dari Ebi yang mengutarakan usulan tempat untuk malam keakraban.

"Bali! Bali!" celetuk Juna langsung disambut sorakan dari yang lain.

"Yang deket-deket dulu, Bali ntaran kalau uang kas udah cukup." Ita menanggapi. "Makanya mulai bulan ini jangan pada nunggak!"

Semua bergumam sebagai jawaban. Lukman kemudian menengahi. "Tentuin dua pilihan aja deh misal vila atau pantai atau mau ke destinasi mana gitu? Biar votingnya gampang."

"Vila aja vila."

"Iya jangan pantai nanti ribet lagi."

"Tapi, pantai bagus buat foto!"

About DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang