BAB 10 :. Salsha

807 95 2
                                    

Dimas menguap lebar. Sudah jam empat sore dan Pak Gun belum juga datang. Cowok itu kemudian memutuskan untuk tiduran.

Sementara Salsha sibuk mengedit fotonya yang baru diambil beberapa menit lalu. Perempuan itu akan mem-post ke akun instagramnya dan sekarang sedang menuliskan sebuah caption. "Dim nama ig lo apa?"

"Dimas," jawab Dimas.

"Dimas gitu doang?"

"Hm."

Beberapa detik kemudian Salsha menoleh ke samping. "Gak ada Dim." Salsha memukul paha cowok itu karena tidak juga menyahut. "Dimas!"

Dimas membuka matanya menatap Salsha kesal lalu cowok itu mengambil alih ponsel Salsha. Dan mengetikkan nama instagramnya.

"Oh, S-nya tiga," kata Salsha setelah menerima kembali ponselnya. "Udah kayak ular aja, Dimasss," katanya sambil berdesis.

"Bacot!"

Setengah jam terlewati. Salsha sudah bosan memandangi laut, sedangkan Dimas sudah terlelap.

Tangan Salsha menekan perutnya. Perempuan itu baru saja ingat kalau belum makan sama sekali. Dia hanya makan martabak saat di warung tadi. Dia kemudian memutuskan untuk mencari makan.

Dia menoleh ke kanan-kiri, hanya ada bakso dan mie sedangkan Salsha menghindari dua makanan mengandung banyak micin itu.

Salsha akhirnya memutuskan kembali dan memilih menahan rasa laparnya.

Saat itu Salsha melihat seorang laki-laki berumur menghampiri tempat Dimas tidur. Salsha segera berlari karena firasatnya mengatakan kalau laki-laki itu adalah Pak Gun.

"Pak Gun?" panggil Salsha memastikan.

Laki-laki itu tersenyum ramah. "Iya, adek mahasiswa yang cari saya?"

Salsha mengangguk. "Iya Pak, nama saya Salsha. Saya mau minta izin buat ngadain acara di sini Pak, dan butuh diriin tenda gitu Pak."

"Oh, iya silahkan aja Mbak. Pokoknya di area camping ya Mbak, terus kalau malem usahakan hindari pantai. Memang kapan acaranya?"

"Minggu depan Pak, tapi saya masih survei Pak. Jadi belum pasti."

Pak Gun menganggukan kepala. "Oh iya-iya gak apa-apa. Nanti kalau jadi Mbak Salsha langsung ke sini aja gak usah nunggu izin saya. Pokoknya patuhi peraturan aja."

Salsha mengulas senyumnya. "Iya Pak, terima kasih."

"Mari ya Mbak, saya harus buru-buru pulang mau jemput anak saya di tempat les," pamit Pak Gun yang dijawab Salsha dengan anggukan sembari mengucapkan terima kasih sekali lagi.

Begitu Pak Gun pergi. Salsha menggoyangkan badan Dimas membangunkan cowok itu. Dimas melenguh, matanya setengah terbuka melihat Salsha kemudian menatap langit yang mulai gelap. "Pulang yuk!"

Dimas mendudukan diri, cowok itu menunduk mencari kesadarannya. Dia menggelengkan kepala sambil mengusap wajah kasar. "Pak Gun belum dateng?" tanyanya dengan suara serak.

"Udah. Gue udah ngomong sama Pak Gun katanya boleh nge-camp di sini asal ngikutin peraturan."

Dimas hanya mengangguk, dia memasang kembali sepatunya. Kesadarannya sedikit demi sedikit pulih, cowok itu mengajak Salsha untuk segera beranjak dari sana.

Hari sudah malam ketika mereka keluar dari kawasan Pantai Citepus ditemani rintik hujan yang mulai berjatuhan.

Dimas melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Cowok itu punya firasat buruk karena merasa mesin mobilnya tidak berjalan mulus. Sebelumnya mobil Dimas harus masuk bengkel karena komponen listriknya longgar.

About DimasWhere stories live. Discover now