BAB 15 :. Ketika Dimas Mabuk

900 93 12
                                    

Dimas mengernyit saat cahaya matahari masuk melalui jendela kamarnya yang baru saja dibuka. Cowok itu berguling ke kanan menjadikan dirinya tengkurap dengan tangan kanan memeluk guling dari samping.

"Dimas!"

"Hm," lenguh Dimas.

"Bangun udah jam sebelas Dim!"

"Hm... iya... " Setelah bergumam seperti itu Dimas kembali terlelap dalam tidurnya. Sangat damai hingga bermimpi berbagai macam kejadian sampai cowok itu meloncat dari tebing. Badan Dimas mengejang, matanya segera terbuka dan jantungnya berdegup cepat.

Dimas berdecak. Dia kemudian mengernyit sambil berusaha melihat jam dinding.

Pukul dua belas lebih dua puluh menit.

Dimas segera menguap lebar. Tangan dan kakinya direnggangkan kemudian dia duduk sambil sesekali memijat kepalanya yang terasa berdenyut.

Dimas mengacak rambutnya sendiri karena rasa pening yang tidak kunjung hilang.

Dia menatap sekeliling kamar tak lama cepat-cepat menunduk karena semakin pening. Matanya terpejam, telinga sedikit menerima suara-suara dari luar apartemen Dimas. Setidaknya seperti itu sampai hidungnya membau aroma masakan.

Matanya terbuka. Hidungnya kembang kempis memastikan. Cowok itu mengernyit saat benar-benar yakin dia mencium bau bawang yang sedang ditumis.

Dia melangkah turun dari kasurnya, cowok itu segera limbung dan berhasil berpegangan pada tembok. Dimas menggelengkan kepala, berusaha mengusir rasa pening yang tiba-tiba menyerang.

Cowok itu melangkah menuju pintu kamar sambil menyusuri tembok. Sampai di depan pintu dia menarjk kenop pintu membukanya perlahan.

Dimas keluar dengan tangan masih memegangi kepala. Perlahan kepalanya di tolehkan ke sisi kanan dimana dapurnya berada. Dimas mengerjapkan mata berkali-kali saat melihat seorang perempuan yang berdiri di balik kompor sambil memasak sesuatu.

Cowok itu mengucek matanya saat si perempuan mendongak dan berkata, "bangun juga akhirnya."

Mata Dimas menyipit saat keberadaan perempuan itu tidak kunjung hilang dari pandangannya.

"Lo gak lagi mimpi Dim!"

Dimas menyengir seraya mendekat. "Lo kok di sini Sal? Kangen sama gue lagi?"

Salsha menatap Dimas tampak kecewa dengan cowok itu. "Lo gak inget sama kelakuan lo semalem?"

"Semalem?" Dimas mengusap tengkuknya. "Gue... kenapa emang?"

"Lo mabuk! Terus lo muntahin gue, inget gak?!"

Saat itu Dimas menyadari kalau Salsha memakai bajunya. Kaos hitam yang terlihat over size jika dipakai Salsha serta celana training yang juga over size untuk cewek itu.

Dimas menggeleng pelan. Namun beberapa detik kemudian ingatan di kepalanya mendadak menyeruak keluar membuat Dimas menatap Salsha dengan mata melebar.

"HUEK!"

Salsha berpaling, dia ikut mual saat Dimas kembali memuntahkan isi perutnya.

"Hm... pulaaaang," rengek Dimas.

Salsha membentur-benturkan kepalanya ke setir sambil merutuki nasibnya sendiri. "Cobaan apalagi ini Ya Tuhan."

Salsha menoleh saat Dimas meraih tangannya. Cowok itu kembali merengek minta pulang.

"Sal... ayo pulaaang." Dimas menggoyangkan tangan Salsha. "Pulaaang."

"IYA BAWEL! LO KENAPA JADI MANJA GINI SIH!"

About DimasWhere stories live. Discover now