BAB 29 :. Keluarga Dimas

696 83 2
                                    

Salsha mengernyit ketika Dimas membelokkan setir mobilnya memasuki kawasan rumah sakit. "Siapa yang sakit?"

"Keluarga gue," jawab Dimas lalu turun dari mobil dikuti Salsha yang mengekorinya. Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya untuk mengecek nomer kamar yang kemarin malam dikirimkan oleh Ratih.

Kening Salsha berkerut seiring langkahnya semakin cepat untuk mengikuti Dimas dengan langkah lebar laki-laki itu. Hingga mareka sampai di depan kamar nomer 112, tangan Dimas menggenggam kenop pintu erat.

Salsha diam memperhatikan laki-laki itu hingga satu suara lembut memanggil nama Dimas. "Kak Dimas?"

Dimas menoleh ke belakang, saat itu Salsha kembali menyaksikan ekspresi lain dari Dimas. Eskpresi yang sama ketika laki-laki itu mabuk sambil menangis.

"Ada siapa di dalam?" tanya Dimas.

Ratih yang tengah menatap Salsha segera mengalihkan perhatiannya pada Dimas. "Ada Nenek sama ... Papa."

Dimas segera melepas genggamannya dari kenop pintu. "Aku nanti aja lihat Mama."

"Kak, tapi Mama-"

"Lo gak laper, Sal?"

"Ha?" Salsha menatap Ratih yang terlihat sedih, dia kemudian berbisik pada Dimas. "Lo gak temuin nyokap lo dulu? Kelihatannya urgent."

Dimas menghela napas berat, laki-laki itu kemudian berbalik meninggalkan mereka setelah berkata, "yaudah gue ke kantin sendiri."

Detik itu juga Salsha ingin menjitak kepala Dimas. Bisa-bisanya dia meninggalkan Salsha dengan Ratih. Salsha tersenyum canggung pada Ratih. "Hai?"

Ratih tersenyum. "Kakak pacarnya Kak Dimas?"

"Oh, bukan. Aku temennya. Kalau ... kamu?"

"Aku Ratih, adiknya Kak Dimas," kata Ratih membuat Salsha membulatkan bibirnya. "Kakak namanya siapa?"

"Oh iya, sampai lupa." Salsha mengulurkan tangannya. "Aku Salsha. Temennya Dimas, satu kampus, satu organisasi juga."

"Wah, berarti Kak Salsha suka foto-foto juga, dong?"

"Yah ... lumayan ngisi waktu luang."

Ratih mengangguk mengerti karena hal itu juga yang dijadikan alasan Dimas saat ditanya kenapa harus fotografi. "Kak? Mau nyusul Kak Dimas, nggak?"

"Boleh."

"Tapi aku taruh ini dulu di dalam ya?" kata Ratih sambil menunjukkan kantong belanjaannya. Salsha mengangguk tersenyum mengiyakan. Tak lama setelah itu Ratih kembali keluar. "Ayo, Kak."

Sepanjang perjalanan menuju kantin rumah sakit, Ratih terus menanyai perihal kegiatan Dimas selama kuliah. "Wah, aku gak satu jurusan sama Dimas."

"Tapi Kak Salsha kelihatannya deket sama Kak Dimas?"

Salsha menatap Ratih seraya mengusap tengkuknya. "Dibilang deket enggak sih, ya. Tapi ... ada beberapa moment yang bikin aku sama Dimas kelihatan deket, sih."

"Kayak sekarang?"

"Hm?"

Mereka berdua masuk ke dalam lift. "Kak Dimas gak pernah tuh bawa temen ceweknya ke Bandung. Yang dibawa cowok semua terutama Kak Juna."

Salsha terkekeh geli. "Ini juga kebetulan aku ketemu sama Dimas."

"Kalau pacar? Kak Dimas punya nggak?"

About DimasWhere stories live. Discover now