BAB 24 :. Awal Semuanya

633 82 3
                                    

"Ada Faros di depan," kata Gia yang berdiri di ambang pintu kamar Salsha. Dia menatap Salsha yang tidur sambil menelungkupkan wajah. "Sal?"

"Hngg iyaa."

Sehari setelah Salsha pulang dari makrab, Gia memang merasakan ada yang aneh dari sahabatnya itu, tapi Gia belum bertanya dan setidaknya dia punya beberapa dugaan. "Lo mau temuin, nggak? Atau gue bilang lo lagi sakit lagi?"

Salsha mengangkat kepalanya, terlihat tergiur dengan tawaran yang diberikan Gia, tapi hari ini Faros sudah dua kali datang ke kos dan Salsha tidak enak kalau beralasan kedua kali.

"Gak deh, gue turun aja," kata Salsha kemudian beranjak turun dari ranjang.

"Yakin lo?"

"Hmm," gumamnya lalu meraih jaket jeans yang tersampir di kursi kemudian segera turun ke bawah menuju teras kosan.

Salsha menatap Faros sedang duduk di kursi kayu sembari menscroll salah satu media sosial. "Hei, Ros."

Faros mendongak. "Udah gak capek?"

"Harus banget ketemu gue hari ini ya?" tanyanya sembari duduk di samping laki-laki itu. "Gak bisa besok aja di kampus?"

"Bisa kalau chat aku kamu bales."

Mendengarnya membuat Salsha bungkam. Dia mengusap tengkuknya canggung. "Ya maaf, aku capek banget soalnya," katanya segera mengganti tutur bahasanya. "Ada yang mau diomongin?"

Faros mengangguk. "Besok malam ikut acara perusahaan gue, yuk?"

"Nggak, ah. Gue masih capek."

"Ayolah, Sal. Sekalian ketemu sama orang tua gue."

Salsha menatap Faros lekat. "Ros, terakhir kali gue ketemu sama nyok--"

"Gue jamin enggak," sela Faros kemudian meraih tangan Salsha. "Mama udah gak gitu lagi, kok, tenang aja."

Salsha menghela napas berat. Dia benar-benar tidak ingin, malas untuk bertemu orang tua Faros. Salsha memutar otaknya mencari cara menolak ajakan pacarnya itu dengan halus.

"Aku kayaknya--"

"Jangan alasan, Sal." Faros melepaskan tangannya. "Acaranya gak lebih dari dua jam dan aku jamin Mama gak akan kayak dulu lagi."

Salsha memejamkan matanya sejenak, dia akhirnya menganggukan kepala. Faros pun tersenyum lega, saking senangnya tanpa sadar menarik Salsha ke dalam pelukannnya.

Salsha terkejut dengan tindakan laki-laki itu, tapi yang dia lakukan hanya diam sambil merasakan debaran halus di dadanya. 'Masih gugup juga gue dipeluk nih orang,' batinnya.

"Makasih ya?" kata Faros lalu menguraikan tangannya dan mengusap puncak kepala Salsha. "Masuk, gih istirahat."

🦇

"Bagus yang mana?" tanya Salsha sambil menempelkan dress selutut berwarna pink pastel dan hitam.

"Lo mau ke mana?" tanya Gia tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel. Perempuan itu masih chatting-an dengan Jordan, pacarnya.

"Lihat gue sih, Gi! Ck!"

Gia mengangkat kepalanya, menatap Salsha dengan sebelah alis terangkat. "Kok lo marah, sih?!"

"Ya elo! Temennya minta saran juga, malah asik sendiri," dumelnya.

Gia memutar bola matanya malas. "Makanya, tadi kan gue tanya elo mau ke mana? Biar gue bisa tahu dress mana yang cocok sama acaranya. Keburu sewot, sih!"

"Acara makan malam."

"Sama?"

"Faros," kata Salsha lalu kembali menatap pantulan dirinya dari cermin.

About DimasOnde as histórias ganham vida. Descobre agora