BAB 40 :. Terlalu Manis

638 84 7
                                    

Tidak seindah di dunia film atau drama korea, Dimas pikir ketika perempuan yang resmi menjadi pacarnya ini tertidur, akan ada hal romantis yang bisa ia kenang nanti. Nyatanya ketika Salsha tertidur di dadanya hingga matahari terbit bahunya benar-benar kram.

"Enghh." Salsha melenguh dalam tidurnya.

'Akhrinya, Tuhan,' batin Dimas bersyukur.

Salsha membuka matanya, mengerjap sejenak guna menyesuaikan cahaya yang masuk. Kemudian dia mendongak dengan menempelkan dagu ke dada Dimas. "Udah pagi ya?"

Dimas berusaha mengulum senyum setulus mungkin. "Hmm."

'Bangun dong Sal, astaga! Nempel mulu!'

Salsha membalas senyum Dimas. Dia menyandarkan kembali kepalanya lalu melingkarkan tangan kanannya, kembali mencari posisi ternyaman. "Masih ngantuk."

'God!' Dimas menengadahkan kepalanya, laki-laki itu berusaha menggerakkan sedikit bahunya, tapi di sisi lain dia takut Salsha terganggu dan berakhir dengan memberi elusan di puncak kepala perempuan itu.

Menit demi menit berlalu hingga Salsha tiba-tiba sada akan satu hal. Dia segera mengangkat kepalanya lalu menatap wajah Dimas lekat.

"Apa?" tanya yang laki-laki kebingungan.

"Lo nggak tidur ya?" tebaknya ketika sadar ada kantong mata yang kehitaman di wajah pacarnya itu.

Ditanya seperti itu membuat Dimas bergeming untuk sesaat sebelum melenguh panjang dan berbaring ke sisi sofa yang kosong. "Ah! Pegel banget gue."

Salsha mendengus melihat laki-laki yang memijat bahunya sendiri sambil tiduran itu. "Kenapa nggak bangunin gue aja sih, Dim?"

Dimas melirik Salsha. "Ya ... gak apa-apa."

"Ya seenggaknya kan, lo tidurlah."

"Yang ada nanti elo-nya bangun."

"Gak apa-apa dong, kan gue bisa pulang." Salsha melirik jam dinding. "Dan gue bisa kuliah juga."

Merasa disudutkan, Dimas kembali mendudukan dirinya, menatap Salsha dengan lekat. "Gue udah berbaik hati lho, lo jadiin guling semaleman."

"Gak ada yang nyuruh juga. Tuh, lihat mata lo jadi merah gitu."

"Ya emang nggak ada." Dimas menyandarkan punggungnya tanpa melepas tatapannya dari Salsha. "Kali aja lo pengin romantis-romantisan sama gue."

"Dih!" Salsha terkekeh geli. "Norak banget."

Dimas ikut terkekeh.

"Udah, ah. Gue mau bali—" Dimas menghentikan ucapan Salsha dengan tarikan di pergelangan tangannya, membuat perempuan yang mau berdiri itu kembali duduk. "Apalagi?"

"Gue udah jagain lo tidur semaleman, gak ada timbal baliknya gitu?"

Salsha menatap mata gelap laki-laki di depannya ini, berusaha menerka apa yang dia mau. "Lo mau gue traktir makan?"

Seketika Dimas mengempaskan tangan Salsha. "Bukanlah!" katanya kesal.

"Ya apa dong? Gue harus balik nih, masa iya gue harus bolos dua kelas."

"Yaudah balik sana." Dimas kembali membaringkan badannya, menata bantal sofa lalu meraih ponsel dan memainkan benda elektronik itu. "Repot amat."

Salsha menggelengkan kepalanya. Dia berdiri kemudian mencari keberadaan kunci mobil hingga selang beberapa saat dia ingat mobilnya masih ada di kelab. "Dim, gue pinjem mobil lo ya?"

"Hm."

"Ntar sore gue balikin sama Gia atau Mala."

"Iya."

About DimasWhere stories live. Discover now