BAB 16 :. Bimbang

847 103 6
                                    

"Jadi gimana, lo terima gue kan?" suara dari seberang membuat Salsha mengusap tengkuknya. Dia semakin bingung dengan perasaannya sendiri atau hanya ego Salsha yang tidak mau dicap sebagai perempuan perebut laki orang?

"Sal?"

Salsha menghela. Dia mengubah posisi ponsel ke telinga kirinya sembari bersandar di sofa menengadahkan kepalanya menatap langit-langit apartemen Dimas. "Gue gak tau."

"Lo tau gue serius Sal." Faros diam sejenak sebelum lanjut berkata, "gue mau ngajak lo ketemu keluarga gue hari minggu ini."

Tepat saat itu Dimas masuk ke apartemennya. Cowok itu mengenakan masker dengan tatapan mata yang tampak kesal melihat Salsha.

"Nanti gue kabari lagi," kata Salsha langsung mematikan sambungan telepon itu sepihak. Matanya mengikuti Dimas yang bergerak masuk ke kamar, tak lama dia keluar lagi menuju dapur membuka kulkas dan mengambil susu stroberi dari sana.

Dia berbalik menatap Salsha. "Tinggal satu, lo gak mau kan?"

Salsha menggeleng. "Lo kok lama sih?"

Dimas menusukkan sedotan ke kotak susu lalu meminum susu itu hingga habis sambil menatap Salsha datar. Dia melemparkan kotak susunya ke sampah lalu berjalan ke arah Salsha dan menghempaskan dirinya di samping Salsha. "Pertama susah nyari tempat cuci mobil yang mau nerima nyuciin bekas muntahan."

"Ya kenapa gak lo cuci sendiri sih?" protes Salsha.

"Susah."

"Terus lo nyuciin di mana?"

"Adalah arah ke kampus. Terus kedua mobil lo kotor parah Sal, sumpah." Dimas sampai mengacungkan dua tangannya. "Lo cewek bukan sih?"

"Mobil gue habis dipinjem sepupu gue! Gue mah aslinya bersihan," jawab Salsha tidak mau disalahkan.

Dimas menggedikkan bahunya. Dia bersandar di sofa sambil memejamkan matanya. "Sal?"

"Ha?"

"Gue beneran gak ngapa-ngapain lo kan?"

Salsha mengerjap. Sepertinya Dimas sama sekali tidak ingat kejadian di dalam kelab. Saat Dimas membahas itu Salsha jadi kembali penasaran alasan mengapa Dimas menangis malam itu.

Tidak mendapat jawaban, Dimas membuka matanya menolehkan kepalanya pada Salsha. "Sal?"

"Ya... dalam konteks yang lo maksud sih, enggak."

Dimas mengernyit. "Sih, enggak?" ulang Dimas membuat Salsha mengangguk. Cowok itu terkekeh geli. "Lo berharap diapa-apain atau gimana?"

Salsha langsung mencubit lengan Dimas. "Sembarangan!"

Dimas segera mengusap lengannya begitu terbebas dari cubitan Salsha. "Kalimat lo ambigu bego, bilang aja enggak gitu."

"Enggak! Puas lo?!"

Dimas mengacungkan jempolnya. Cowok itu kembali memejamkan matanya. Salsha sibuk membalas pesan dari Gia yang menanyakan dia ada dimana serta Faros yang mengiriminya kata-kata manis.

Salsha mengalihkan pandangannya saat mendengar bunyi-bunyi menggemaskan dari perut Dimas. Dimas menekan perutnya saat Salsha bertanya, "lo belum makan?"

Dimas membuka matanya sambil menatap Salsha. "Belum."

Salsha tersenyum. Dia segera bangkit, berjalan menuju dapur dan mengambil piring yang berisi nasi goreng lalu berjalan kembali pada Dimas. Cewek itu segera menyuapkan nasi goreng buatannya pada Dimas.

Dimas mengatupkan mulutnya rapat-rapat sambil menggeleng kuat.

Salsha semangat mendorong sendoknya. "Aaaaaa, enak banget sumpah Dim."

About DimasWhere stories live. Discover now