Sebelas - (Truth or Dare)

608 44 1
                                    

.

.

.

"Listriknya padam Sayangku" ucap Denal asal.

"Eh apa lo bilang. Sayang? Emang gue sayang sama lo?"

"Gak tau. Tapi gue kan sayang sama lo"

"Terserah lo deh" ucap Nada pasrah. Gadis itu mulai bosan dengan menyandarkan tubuhnya di sofa.

Denal mulai mencari cara agar gadis di hadapannya tidak mati kebosanan.

"Mm main Truth or dare yuk?" ajak Denal.

Nada terdiam sejenak, lalu mengangguk dengan antusias, "iya-iya gue mau"

Keduanya pun langsung bersuit, dan skak. Denal yang menang. Jangan meremehkan suitan lelaki itu. Begitu-begitu ia pernah menang suit semasa kecil dulu ketika bermain dengan anak gadis tetangga. Pertanyaannya kenapa ia bermain dengan perempuan bukan dengan lelaki? Karena jawabannya hanya dia sendiri yang tahu.

"Ok Truth or dare ?" tanya Denal.

"Or" pilih Nada. Ia tersenyum melihat wajah kesal kekasihnya.

"Serius monster"

"Iyadeh. Dare"

Denal menyeringai iblis, "bener nih, gak mau ganti"

Gadis itu menggeleng, "gak. Sejak kapan lo lihat gue main beginian pilihnya Truth, bahkan sama Yura dan Dian pun gue Truth terus. Walaupun mereka nyuruh gue nangkap anak kambing. Tetap aja gue nekat"

"Yaudah peluk gue"

Melebarkan matanya sejenak. Apa-apaan lelaki itu. Mencari kesempatan dalam permainan Jurnet.

"Kok peluk sih. Mending yang lain deh"

"Kan yang kasih tantangan gue bukan lo"

Mendumel kesal dalam hati, gadis itu pun memeluknya, walau ragu-ragu tapi ia tetap memeluknya.

Seketika ide terlintas di kepala Denal, dengan segaja ia membalas pelukan Nada.

"Udah Denal lepasin"

Denal tertawa keras ketika gadis itu masuk ke dalam perangkapnya. Ia pun melepaskan pelukannya. Dan langsung dihadiahi tatapan tajam dari kekasihnya.

"Makanya jujur dong"

"Gak mau"

"Yaudah suit lagi"

Mereka kembali suit, lagi-lagi Denal yang menang.

"Kok lo terus sih" Denal menatap matanya sejenak, "takdir"

"Eh tau ah. Gue pilih Dare"

Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum, sepertinya gadis itu masih belum mau jujur, padahal Denal ingin sekali mendengar kejujuran dari mulutnya sendiri.

"Gue tanya sekali lagi, gak mau ganti" Nada menggeleng.

"Yaudah sekarang cium pipi gue"

"Keenakan di elo dong"

Denal tak bersuara, ia lebih milih mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu, "buruan. Ini pilihan lo monster"

Mau tak mau gadis itu pun memajukam wajahnya sambil menutup mata. Sial seumur hidup baru kali ini ia mencium pipi seorang lelaki, terkecuali ayahnya tentu saja.

Dengan gerakan cepat ia mencium pipi lelaki itu.

Denal tertawa iblis. Gadis itu tak menyadari jika adegan barusan direkam olehnya. Denal berterima kasih dalam hati pada kegugupan gadis itu, karena itu yang membuatnya menutup mata, dan tak melihat jika Denal merekam kejadian barusan.

Real Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang