Tigapuluh - (Ucapan)

392 21 1
                                    

.

.

.

Nada mendonggakkan kepalanya ketika ada yang memanggilnya, mengernyit bingung pada pelatih voly yang sedang berjalan mendekatinya. Ia kemudian tersenyum, tumben-tumben pelatih itu mendekatinya, biasanya ia akan sibuk mengurus anggota lain yang sedang latihan.

"Ya coach ada apa?" tanya Nada pada pelatih voly yang masih terbilang muda itu. Coach Tahir, Ia memilih duduk di sampingnya.

"Belakangan ini kamu saya perhatikan selalu melamun. Apa kamu ada masalah?" Nada tersenyum kecil sambil menggeleng.

"Gak kok coach, saya cuma kepikiran sama pertandingan besok aja"

Pelatih itu mengangguk-anggukan kepalanya lalu menepuk pelan kepala Nada, "kalau ada masalah selesaikan dengan baik-baik, supaya latihan kamu gak terganggu. Saya tau kamu ada masalah dengan seseorang kan?"

Menggigit bibir bawahnya risau, dari mana pelatihnya tahu bahwa ia sedang ada masalah dengan seseorang. Apakah pria itu bisa membaca pikirannya, masa iya? Tidak mungkin kan.

"Coach tau dari mana kalau saya ada masalah dengan seseorang?" tanya Nada penasaran.

"Tentu saja Denal" bagaikan tersambar petir disiang hari, gadis itu melongo tak percaya. Bukan hanya itu, ia bahkan sempat berteriak karna kagetnya akan ucapan pelatih itu. Demi ponsel rusal milik penulis cerita real dream, pelatihnya benar-benar sesuatu.

Seketika gadis itu langsung gelagapan, jadi selama ini pria itu mengetahui kalau ia melamunkan Denal. Tunggu dulu, sebenarnya pelatihnya itu ada hubungan apa dengan Denal, kenapa ia bisa mengenalnya dan mengetahui semuanya.

"Coach kenaa..." seakan tahu bahwa gadis itu akan melayangkan pertanyaan, ia segera menjawabnya.

"Denal keponakan saya, kita berdua sangat dekat, jadi dia gak akan segan-segan untuk menceritakan masalahnya. Dan yah begitulah, saya yakin kamu tau kan selanjutnya" Nada mengangguk paham dalam hatinya sedikit terkejut ketika tahu kalau coach Tahir bersaudara dengan Denal.

"Saya saja baru tau beberapa hari yang lalu dari Denal kalau kalian pernah bepacaran" gadis itu tersenyum kaku ketika pelatih voy sekaligus paman Denal itu mulai membahas hubungan mereka. 

Nada tak membalas ucapannya, bingung harus mengatakan apa. Ia hanya menanggapi dengan anggukan.

"Saya harap kalian bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik"

"I-iya coach" 

"Kamu jangan sekaku itu dong dengan saya, udah santai aja" Tertawa singkat sambil mengangguk, Nada kembali bergumam.

"Iya coach"

"Yaudah kamu saya beri izin, hari ini pulang cepat. Dan hilangkan semua yang menganggu di kepala kamu, ingat besok pertandingan"

"Wah, makasih coach"

"Iya-iya sudah sana pulang, sebelum yang lain lihat kamu dan merengek minta pulang juga, apalgi Reno"

"Heheheh iyadeh coach, saya pulang dulu yah" ucap Nada sambil salam menyalam ala anak voly. Pelatih itu mengangguk sebagai balasan.

.

.

.

"HAA? kenapa pertandingannya di sekolah itu gak gue gak mau, gue mau pulang aja, gak jadi ikut pertandingan" keluh Nada sambil menghentak-hentakan kakinya di depan pintu ruangan pelatihnya. Mereka para anggota putra dan putri disuruh berkumpul karna akan diberikan pemberitahuan tentang tempat pelaksanaan pertandingan voly itu. Setelah mengumumkan itu semuanya terkecuali Nada tersenyum senang. Siapa yang tidak akan senang mengadakan pertandingan di sekolah elit dan terkenal di kota ini. SMA Garuda, tentu saja senang sangat senang bahkan. Apalagi dengan siswa-siswinya yang ganteng dan cantik menambah nilai plus sekolah itu. Tapi semuanya tidak berlaku bagi Nada, ayolah Denal bersekolah disitu, jadi otomatis ia akan bertemu dengan lelaki yang berusaha ia lupakan itu. Dunia ini rasanya tidak adil, jika mereka tidak ditakdirkan bersama kenapa harus selalu dipertemukan. Kan ia susah move on jadinya.

Real Dream (END)Where stories live. Discover now