Tujuhbelas - (Bioskop)

537 28 0
                                    

.

.

.

Saat sedang mengeluarkan cemilan dan minuman kaleng tersebut secara bersamaan, ponsel Denal yang berada di kantong celananya berbunyi pertanda ada yang menelfon. Ia pun menaruh kembali apa yang ada di tangannya. Lalu mengambil ponsel kekasihnya. Dan...

Prangggg....

Matanya melebar dengan sempurna ketika melihat ponsel mahal kekasihnya yang terkapar indah di lantai keramik itu. Demi apapun ia tak sengaja menjatuhkan barang tersebut. Tangannya licin karena sehabis mencuci piring.

Cepat-cepat ia mengambil ponsel tersebut. Menahan nafas ketika melihat layar ponsel itu telah retak-retak. Ya astaga ia ingin menangis sekarang ini.

Denal yang mendengar suara barang jatuh di dapur pun merasa penasaran. Dengan santai ia beranjak lalu berjalan ke dapur. Mengernyit heran ketika melihat kekasihnya tengah menangis sambil memegang erat ponselnya. Ia pun mendekat, lalu mengelus lembut kepala gadis itu.

"Sayang kamu kenapa?"

Nada mengeleng sambil menangis, "Denal maafin aku. Aku gak sengaja sumpah aku gak sengaja"

"Kenapa? Coba jelasin dulu dong"

"H-hp kamu" gumam Nada terputus lalu menyodorkan ponsel itu ke hadapan Denal, "aku gak sengaja, sumpah"

Wajah gadis itu terlihat menyesal. Denal menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Dan memeluk tubuh kekasih imutnya itu.

"Iya gak papa" ujar Denal kemudian menghapus air mata gadis itu.

"Ta-tapi itunya" ucap gadis itu terputus-putus.

Denal terkekeh geli melihat wajah menyesal kekasihnya. Nada terlihat seperti gadis berumur lima tahun yang kedapatan menjatuhkan es creamnya.

"Itunya apa?" tanya Denal lembut.

"Hiks aku minta maaf. Layarnya retak" Denal menunduk untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis itu. Menatap dalam mata Nada yang berlinang air mata. Kemudian ia mengecup singkat jidat gadis itu.

"Gak papa sayang" Denal pun menarik gadis itu untuk kembali ke ruang tamu. Kemudian mendudukan Nada di sampingnya.

"Mana hpnya aku liat!" Nada menyodorkan ponsel itu dengan hati-hati. Denal mengambilnya lalu mulai mengotak-atik ponsel tersebut. Tersenyum manis ketika layar ponselnya masih bisa disentuh, hanya layar anti goresnya saja yang retak. Untung saja. Tapi jika ponselnya yang rusak, tetap ia tak akan memarahi gadis itu. Mana tega ia melihat Nada merasa bersalah.

"Ini gak kenapa-napa kok. Cuma anti goresnya aja yang retak. Kamu gak usah nangis"

"Tapi tetep aja kan hp kamu rusak"

"Gak sayang. Kamu tenang aja"

Nada menghembuskan nafasnya berat lalu mengangguk, berusaha untuk menghilangkan rasa bersalah di hatinya.

.

.

.

Seperti janjinya siang tadi. Kini Denal sedang duduk di ruang tamu sambil menunggu kekasihnya yang masih dandanan. Malam ini ia berpakaian simple, yaitu kaos navy bergambar popaye dilapisi jaket berwarna abu-abu dengan celana jeans hitam serta sepatu nike. Simple tapi tetap saja kekasih gadis bernama Nada itu terlihat tampan.

Nada memasuki ruang tamu sambil sibuk memeriksa tas punggung kecilnya yang berwarna hitam. Apakah ada barang-barangnya yang ketinggalan. Menghembuskan nafas ketika mengetahui semua yang diperlunya ada di dalam tas.

Real Dream (END)Where stories live. Discover now