Duasembilan - (Diam)

383 17 0
                                    

.

.

.

Suasana kantin ramai dan bising yang diakibatkan oleh enam orang siswa siswi membuat para siswa lainnya yang sedang makan merasa sedikit terganggu, tapi beda dengan salah satu siswi yang hanya diam. Pekikan kesal Yura terdengar karna sedari tadi Risan selalu mengejeknya, ditambah dengan tawa Dian yang semakin membuat suasana ramai.

Dian menoleh pada kekasihnya Dani yang baru saja melempar wajahnya dengan beberapa snack. Ia mendumel kesal, lelaki itu berusaha membujuknya karna ia mengadakan aksi ngambek-ngambekan. Tak ingin berbicara dengan lelaki itu, karna ia memberikan hukuman yang membuat Dian hampir kehabisan nafas.

Yura menatap Dian dan Dani secara bergantian, "lo berdua masih berantem?"

Dani menunjuk kekasihnya dengan bibir, "tanya tuh sama temen kesayangan lo"

Tersenyum setengah, Yura melirik Dian yang diam seketika. Aneh memang padahal tadi tawanya yang paling keras. "yaelah Dian ngambeknya jangan lama-lama kali, kasihan tuh Dani gak dapat jatah"

Dian memberikan deathglear pada Yura, "anj*r mulut lo vulgar amat Yur. Emang gue udah nikah apa pakai jatah-jatah"

"Iya Yur lo apa-apain sih" gerutu Dani padanya. Gadis itu mengernyit bingung, kenapa jadi ia yang disalahkan.

"Kok lo mojokin gue sih, padahal niat gue baik loh mau buat lo sama Dian baikan. Tega lo"

"Gak usah tolongin orang tolol kayak Dani gitu, mending kamu tolong hati aku aja yang sedang butuh kasih sayang ini" Ujar Juna tiba-tiba menggombal ditengah-tengah pembicaraan mereka. Membuat Yura tersenyum malu beda dengan lainnya yanng sudah memasang pose muntah.

"Iss Jyjyk gue dengernya" cerca Dani sambil bergelidik ngeri.

"Eeee bilang aja kalau lo cemburu kan karna gak bisa gombalin Dian"

"Enak aja mulut lo"

Dan kembali terjadilah aksi peperangan mulut antara dua lelaki itu, mereka berdua bahkan sudah saling melempari menggunakan snack. Risan memutar bola matanya bosan melihat pemandangan di depan matanya itu, selain sering bertengkar lewat game, mereka berdua juga sering bertengkar langsung. Yah seperti ini.

Menolehkan kepalanya ke kanan dan menemukan teman satunya yang sedari tadi hanya diam tak membuka suara, gadis itu sedang melamun dengan wajah sedih. Entah apa yang dilamuninya.

Risan menepuk pelan kepala gadis itu, "ngelamunin apa sih Nada?"

Keadaan yang tadinya ricuh kini menjadi hening, mereka semua mengalihkan tatapan pada Nada yang baru saja terlonjak kaget karna pertanyaan Risan. Ia tersenyum sambil menggeleng.

"Gak kok, gak ada yang gue lamunin" jawabnya pelan.

"Serius?" kini Yura yang bertanya.

Nada menatap Yura, memberikan senyum pada temannya itu, "iya serius. Tadi tuh gue cuma mikirin tentang pertandingan voly yang masih menjadi rahasia mengenai dimana lokasi pengadaan lombanya" jelas Nada pada teman-temannya. Mereka mengangguk percaya membuat Nada menghembuskan nafas lega, akhirnya mereka mempercayai alasan itu. Padahal itu sama sekali tak benar, ia tadi sedang memikirkan Denal. Apakah lelaki itu membencinya atau tidak. Nada sepertinya kau menyesal dengan keputusanmu sendiri.

.

.

.

Nada berjalan keluar dari kamarnya ketika mendengar teriakan Rini yang memanggilnya. Menatap bosan pada kakaknya itu, entah apa yang akan disuruhnya lagi, perasaan semua sudah ia kerjakan.

Real Dream (END)Where stories live. Discover now