TigaSembilan - (Kecoa)

404 14 0
                                    

.

.

.

Nada melirik bosan pada kedua temannya yang asyik dengan berbagai macan cemilan. Yura dan Dian sedari tadi sibuk dengan acara mengunyah sedang dirinya hanya diam sambil memikirkan kekasihnya yang entah sedang apa. Yah sudah bisa ditebak ia dan Denal sedang ada masalah lebih tepatnya Denal lelaki itu jika sedang mode manja akan sangat keras kepala padahal Nada sudah mengatakan bahwa tak perlu latihan basket karena dirinya masih sakit. Tapi tidak ia hanya mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan tetap pergi latihan basket Nada marah, tentu saja ia melarang Denal pergi karena takut lelaki itu kenapa-napa.

Ketika Denal memutuskan untuk tetap pergi Nada marah dan meninggalkan lelaki itu sendiri di rumahnya, dan berakhirlah ia di kos Dian yang penuh dengan cemilan.

"Nada kok diem aja?" tanya Dian heran, Yura mengangguk setuju dengan pertanyaan gadis itu.

"Iya tumben banget, biasanya mulut corong lo yang paling berisik" ucapan blak-blakan dari Yura mendapatkan tatapan tajam dari Nada, enak saja mulut corong, batin gadis itu kesal.

"Ahh tau lo berdua bacod amat. Udah pergi sana"

Dian mengernyit alisnya sejenak, ia tak salah dengan kan gadis itu menyuruhnya pergi ayolah ini kan tempat tinggalnya. "lo tuh yang pergi enak aja lah ini tempat tinggal gue"

"Ohhh lo ngusir gue yah tau gitu gue gak kesini tadi" gerutu gadis itu sambil beranjak dari duduknya.

"Yeelaahh gitu aja baperan, lo sensintif banget sih kayak anak esde gak dikasih jajan"

"Gue gak baperan monyet cuma lagi galau aja" Nada yang tadinya berdiri kini merebahkan dirinya dengan tiba-tiba dikasur empuk milik Dian itu.

Kedua temannya berbalik serentak menatap gadis yang tidur terlentang, "kenapa lo diputusin Denal?" tanya Yura.

"Pala lo botak Yur, lo dari tadi ngomongnya blak-blakan mulu gue masukin corong mulut lo baru tau"

Yura cepat-cepat menutup mulut dengan kedua tangannya sambil menggeleng, "janganlah kampret"

"Nada lo udah kayak pshikopat aja inget Yura temen lo"

"Lah emang Yura temen gue Dian"

Baru saja Dian akan mengeluarkan sepatah kata tapi tertahan karena suara ketukan pintu. Meraka bertiga terdiam sambil menatap satu sama lain.

"Siapa?" tanya Nada hanya menggerakan mulutnya tanpa mengeluarkan suara. Kedua temannya menggeleng.

"Dian ini gue Denal" terdengar suara dari luar, Dian dan Yura otomatis menatap Nada. Gadis itu menggeleng cepat.

"Jangan bilang gue ada di sini please gue lagi malas ketemu sama anak itu" bisik Nada.

"Lo berdua berantem?" Yura menatap Nada.

"Iya. Udah-udah bukain pintu sana trus bilang gitu aja"

"Seriusan?"

"Iya kampret"

.

.

.

Dian membuka pintu dengan perlahan di belakangnya ada Yura yang setia mengekorinya dengan tangan yang memegang sebungkus camilan. Ia tersenyum pada lelaki itu, sedang Denal hanya menatapnya diam tanpa minat wajah lelaki itu terlihat gusar.

"Eh Denal ngapain?" tanya Dian wajahnya dibuat santai.

"Nada ada disini gak?" tanya lelaki itu to the point.

Real Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang