TigaDua - (Menyesal)

403 25 1
                                    

.

.

.

"Ngapain lo kesini?" Nada menghentikan langkahnya ketika mendengar pertanyaan sinis Denal. Tubuhnya seakan terkena sengatan listrik. Ia terjatuh tiba-tiba, terduduk dilantai dingin rumah sakit itu sambil terisak.

"Hiks maafin aku"

"Lo bilang semuanya udah berakhir kan, jadi gak perlu" ucap Denal sambil membalikkan kepalanya pelan-pelan, menatap datar gadis yang tengah terisak itu.

"A-aku nyesel hiks aku minta maaf"

"A-aku memang ja-hat, maafin akuu huuu hiks maaf" sambungnya lagi.

"Udahlah Nada"

Nada mendongak menatap wajah lelaki itu, "A-aku minta maaf hiks a-aku nyesel huu" tangisnya sambil menghapus air mata yang telah membanjiri wajah cantiknya. Penampilan gadis itu benar-benar berantakan, rambutnya tadi yang terikat sudah terurai, entah kemana perginya ikat rambut itu.

"A-aku nyesel, hiks " gumamnya terbata-bata.

"Lo nyesel nanti saat gue kecelakaan aja. Jadi kalau gue gak kecelakaan lo gak bakal nyesel. Lo egois banget Nada" Nada tambah menangis histeris ketika lelaki itu mengatakan ia egois. Ya ia benar-benar manusia egois.

Nada menangis tersedu-sedu, ia segera menggigit ketiga jarinya agar tangisan tak terdengar kuat. Gadis itu terlihat seperti anak berumur empat tahun yang sedang menangis, pakai gigit-gigit jari segala.

"Keluarin jari itu dari mulut lo Nada" bentak Denal tak suka dengan cara gadis itu meredakan tangisnya. Nada yang kaget dengan bentakan tiba-tiba Denal dengan segera mengeluarkan jari itu dari mulutnya. Tangisannya kembali terdengar.

"Maaf-fin a-aku hiks" Denal kembali diam tak ingin membalas ucapan sendu Nada.

"A-aku ha-hanya gak hiks ingin kamu pa-ppacaran dengan a-aku, ka-kamu terlalu hiks ba-baik huu"

"Yaudah sekarang tinggalin ruangan ini, kalau itu mau lo" Nada menggeleng cepat sambil kembali menggigit jarinya.

"Gue bilang tadi apa, jarinya Nada" Nada mengangguk dan kembali mengeluarkan jari itu dari mulutnya.

"I-itu du-lu hiks se-sekarang udah gak, A-aku udah sa-dar ka-lau hiks a-aku gak bisa jauh da-ri hiks ka-kamu" lanjut gadis itu lagi, menjelaskan perihal kenapa ia menyesal menjahui Denal.

Gadis yang masih terduduk dilantai itu masih menangis tersedu-sedu, Denal hanya membiarkannya. Ia ingin memberi gadis itu pelajaran karena telah membuatnya sakit hati.

"A-aku minta maaf" cicit Nada pelan sambil menunduk. Tapi Denal masih bisa mendengarnya, lelaki itu menutup matanya sejeak.

"A-aku nyesel"

"Hiks A-akuu memang ja-hat"

"A-aku hiks nyesel huu"

Itulah gumaman-gumaman yang keluar dari bibir gadis itu, membuat Denal tak tahan dibuatnya. Jujur ia tak bisa melihat Nada seperti ini.

"Berdiri" perintah Denal tiba-tiba.

Nada mendongak sambil menarik ingusnya, ia pun ikut perintah Denal dengan berdiri secara perlahan-lahan. Kepalanya sedikit berdenyut karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.

"Awas jatuh" ujar Denal memperingati.

"Pulang" ucap Denal membuat gadis itu menggeleng cepat. Kembali lagi terdengar isakannya.

"Hiks gak mauuu" ia masih bersih keras.

"Pulang Nada"

Nada menghapus kasar air mata dan ingusnya secara bergantian, ia kembali menggeleng.

Real Dream (END)Where stories live. Discover now