TigaTiga - (Pengganggu)

410 22 2
                                    

.

.

.

Nada menyuapi makanan pada kekasihnya dengan telaten, makanan yang terasa hambar itu menjadi enak ketika Nada yang menyuapinya, itu kata Denal. Ia bahkan tak bisa untuk tidak tersenyum, benar-benar rejeki nomplok, sudah dapat pelukan hangat gadis itu sekarang perhatiannya juga, betapa berbunga-bunganya hati Denal. Kalau tahu begini kenapa tak dari dulu ia celaka saja.

"Stop senyam-senyum kayak gitu, kamu kayak orang gak waras aja" ucap Nada tajam sambil menaruh tempat bekas bubur yang sudah kosong di atas nakas. Ia kembali mengambil gelas yang berisi air dan membantu kekasihnya untuk minum.

Bukannya menghilangkan senyumnya lelaki itu malah semakin melebarkan senyumnya. Nada hanya bisa menggelengkan kepala atas sifat keras kepala Denal, yah mereka sama-sama keras kepala.

"Sayang nanti kalau mama datang lagi trus nyuruh kamu pulang, jangan yah. Kamu tetep disini jagain aku yang sedang lemah ini" ujar Denal sambil memasang wajah kesakitan, ia bahkan memegang dadanya untuk menambah kesan agar terlihat nyata.

Nada memutar bola matanya bosan, sejak kapan kekasihnya suka berakting sealay itu. sangat tak cocok dengan wajahnya yang cool itu.

"Lebay" 

"Tapi kamu cinta kan"

"Gak tuh" Denal memanyunkan bibirnya. Membuat Nada gemas, dan dengan sengaja mencubit pipi lelaki itu.

"Sakit" ringisnya pelan.

"Anak laki gak boleh cemen"

"Kalau di depan orang lain emang gak boleh cemen, tapi kalau di depan kamu aku bisa apa, aku lemah kalau sama kamu, kamu kelemahan aku sayang" 

Demi permen karet bulat warna-warni yang sering jual di warung, kenapa kekasihnya menjadi sealay dan setukang gombal seperti ini. Jyjyk rasanya mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya, ok sekali lagi ia katakan, sangat tidak cocok di wajahnya yang cool itu.

"Udah ah Denal, aku jyjyk dengernya" Denal tertawa keras mendengar gerutuan kekasihnya apalagi dipadukan dengan kedua alisnya yang telah menyatu.

"Aku tadi ngegombal sayang"

"Denal serius, kamu gak cocok gombal kayak gitu"

"Iya-iya Monster" Nada mendengus kesal, dasar Denal, batinnya.

Kedua atensi mereka langsung mengarah pada tiga orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Ayah, ibu dan kakaknya Denal, mereka berjalan mendekati Denal. Nada buru-buru beranjak dari duduknya lalu menyalim pada tiga orang itu.

"Hay cantik" sapa Delon sambil mengelus kepala lalu turun pada pipi Nada. Denal yang melihatnya menggeram kesal, kalau tak ingat ia sedang sakit, sudah lama ia patahkan tangan kakaknya itu. Enak saja, main ngelus-ngelus punyanya, kalau mau kan bisa cari sendiri.

"Lepasin tangan lo" geram Denal kesal.

"Santai aja kali dek" ejek Delon, kini ia merangkul bahu kekasih adiknya itu.

Denal yang tak bisa apa-apa, menatap ibunya dengan wajah memohon, "Mama liatin Delon" rengek Denal persis seperti anak kecil, sehinga membuat Nada tertawa geli. Jadi seperti ini sikap asli kekasihnya itu.

"Delon stop cari gara-gara" tegur bu Lilis pada putra sulungnya, ia sedikit kasihan dengan rengekan putra bungsunya.

Delon mengangguk asal sambil tertawa jahat, lalu melepaskan rangkulannya pada gadis imut itu. Ia sudah puas melihat wajah lucu Denal.

"Lusa kamu udah boleh pulang" ucap ayahnya tiba-tiba.

"Lama banget pa, besok aja"

"Gak boleh Denal, itu aja mama masih bujuk dokter. Karena seharusnya kamu itu pulangnya minggu depan" potong bu lilis.

Real Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang