Delapanbelas - (Membatalkan)

504 23 0
                                    

.

.

.

Denal mengetuk pintu rumah kekasihnya. Tak menunggu waktu lama pintu tersebut terbuka, menampilkan kakak Nada dan keponakannya. Rini dan Kiren yang menggunakan pakaian rapih. Lelaki itu tersenyum sambil mengucapkan salam. Kemudian mensejajarkan tingginya dengan keponakan lucu Nada.

"Hallo Kiren" gadis kecil itu tersenyum manis sambil melambaikan tangannya.

"Hallo juga kakak ganteng" Denal mencubit gemas pipi Kiren lalu kembali berdiri. Ia menatap Rini yang terus memperhatikan putri kecilnya itu.

"Sayang. Panggil aja kakak Denal yah. Jangan panggil kakak ganteng" Kiren menatap penasaran wajah ibunya dengan polos.

"Memangnya kenapa mami?" tanya Kiren penasaran. Begitu juga dengan Denal.

"Nanti Nana cemburu" Kiren hanya mangut-mangut mengerti. Beda dengan Denal yang menahan tawa. Masa iya Nada akan cemburu pada penokan kecilnya itu, tak masuk akal sekali.

"Ahaha ka Rini ada-ada aja. Nada gak gitu kok" Rini mengangguk sambil tertawa. Ia hanya bercanda barusan itu.

"Kak Nada nya ada?" tanya Denal.

"Iya ada tuh di dalam. Masuk aja, sekalian temenin yah. Kakak mau keluar sama Kiren. Mau ke Rumah tantenya Kiren" Denal mengangguk paham.

"Kenapa Nada gak ikut?"

"Sejak kapan Nada suka ngumpul bareng keluarga suami kakak. Dia malu, ditambah lagi gak bisa jingkrak jingkruk kayak di depan keluarga sendiri. Jadi bosan. Makanya gak pernah ikut"

"Oh iya deh kak" Rini kemudian berjalan ke garasi mengambil motor dan langsung pergi setelah mengklakson Denal. Denal hanya tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.

Mengernyitkan alisnya ketika tak mendapati kekasihnya di ruang keluarga. Pikirnya mungkin di dalam kamar. Tapi ia tak enak masuk ke dalam kamar, apalagi hanya mereka berdua di dalam rumah. Tidak menutup kemungkinan para iblis yang berkeliaran untuk menggodanya dan berakhir dengan err entahlah.

"Sayang kamu dimana?" ucan Denal cukup keras.

"Siapa yah?" terdengar suara sautan dari arah dapur. Denal tak menjawab, ia memilih berjalan ke dapur, dan mendapati kekasihnya tengah mencuci piring.

"Hallo sayang" sapa Denal. Nada menatap kekasihnya yang masih memakai celana sekolahnya dengan kaos hitam tak lupa tas punggungnya.

Nada tersenyum sambil terus mencuci piringnya, "hay"

"Aku bantuin yah" ujar Denal, melepaskan tasnya lalu menaruh di atas meja makan.

"Eh gak. Kamu di situ"

"Gak papa monster" Nada memberinya tatapan tajam, "gak"

"Iyadeh"

Nada tersenyum senang, "kamu dari sekolah?"

"Iya. Biasalah latihan basket. Em maaf yah tadi gak bisa jemput kamu" gadis itu menggeleng.

"Gak papa kok. Lagian kan ada Risan" ucap Nada.

"Trus kenapa gak langsung pulang?" tanya gadis itu. Denal menatapnya lama.

"Bosan di rumah, cuma aku sendiri. Jadi lebih baik aku ke sini aja"

"Kamu udah makan?" tanya Nada lagi

Denal berpikir sejenak, "emm aku"

"Yang jujur"

"Belum" jawabnya sambil nyegir kuda.

Nada menggeleng-gelengkan kepalanya, "yaudah makan gih. Di meja makan ada makanan"

Real Dream (END)Where stories live. Discover now