TigaDelapan - (First Kiss)

476 17 0
                                    

.

.

.

Nada melebarkan matanya ketika dirasa punggungnya telah bersandar dengan tangan sofa. Demi apa, Denal sepertinya serius dengan kata-katanya. Buktinya ketika ia menghindar dengan mundur kebelakang, Denal terus mendekat, berupaya memutuskan jarak di antara mereka.

Ia memejamkan matanya ketika dirasa wajah Denal berada tepat di depan wajahnya, hidung mereka telah bersentuhan. Bahkan Nada bisa merasakan deru nafas kekasihnya menerpa wajahnya, hingga membuat bulu kuduknya merinding. Ini pertama baginya dan Denal. Apakah akan berjalan mulus atau, atau?

What the hell. Ingin rasanya ia memberontak karena benda lembut menyentuh permukaan bibirnya. Tapi diurungkan ketika benda itu, ralat bibir itu menyapu bibir permukaan bibirnya. Nada memejamkan matanya kuat-kuat, inikah rasanya first kiss. Yah lumayan ehem-ehem, pantas saja kedua temannya Yura dan Dian sering melakukan ini. Dasar anak muda.

Membuka perlahan-lahan matanya, dan mendapati kekasihnya tengah menatap dalam matanya. Mata lelaki itu seperti membiusnya, Denal benar-benar sesuatu.

"Hmmp" gumam gadis itu tak jelas. Denal bukannya melepaskan pangutan bibirnya, ia malah semakin mencium bibir bawah Nada, menyedotnya bagaikan jelly yang masih berada di tempat. Ok ini akan menjadi hobi barunya.

Melebarkan matanya kembali ketika Denal semakin menjadi-jadi dalam mencium bibirnya. Ini harus berakhir, ia sudah kehabisan oksigen.

Ia pun menahan dada Denal dengan kedua tangannya, lalu mendorongnya kuat. Agar Denal mau menjauh darinya. Sudah cukup, ia membutuhkan oksigen. 

"Lepp hmmpp pas" ucap Nada kesal sambil mendorong paksa dada lelaki itu. Hingga akhirnya ia melepaskan ciumannya. Nada menangkap wajah tak suka darinya. Denal sepertinya tak ingin ciuman itu berakhir. Entah ia ada oksigen cadangan atau apa, sehingga ciuman tadi tak membuatnya susah bernafas, beda dengan Nada yang sudah seperti orang berpenderita asma.

"Hufh hufh hufh" seperti orang rakus, gadis itu meraup oksigen sebanyak mungkin.

"Kamu keterlaluan banget, kalau aku meninggal gimana" Denal bukannya panik dengan ucapan Nada, ia malah tertawa geli. Apalagi melihat wajah memerah dan bibir sedikit membengkak dari gadis itu, sangat menggemaskan memang.

"Gak mungkin lah sayang" ujar Denal sambil mencuri satu ciuman singkat di bibir gadis itu, sehingga membuat Nada menatapnya sinis.  

"Dasar mesum"

"Itu bukan mesum sayang"

"Bodoh amat" gerutunya kesal sambil melipat tangannya di dada dan berbalik. Denal benar-benar menguras kesabarannya.

"Jangan ngambek gitu dong"

Nada berbalik sejenak pada Denal dan menggampar wajahnya. Lalu kembali berbalik ke arah lain. 

Denal hanya bisa mengelus-ngelus wajahnya yang barusan digampar kekasihnya, lumayan sakit. Pikirnya. Tapi tak apa, yang penting ia sudah mencomot abis bibir manis gadis itu.

Keduanya tenggelam dalam kesunyian. Nada dengan wajah yang masam sambil mengelus-ngelus bibir bawahnya, beda dengan Denal. Wajahnya berseri-seri bahagia.

"Nal..."

"Denal...."

"DENALLLLL..."

Lelaki yang diteriaki itu terlonjak kaget ketika Nada melemparkannya dengan bantal sofa tak lupa memanggil namanya dengan suara yang keras. Dengan segera ia menatap kekasihnya yang tengah menahan kesal. Sambil tersenyum aneh, ia mengelus kepala gadis itu.

Real Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang