BAB 32

18.9K 1.7K 318
                                    

Bab 32

"Hai," sapa Raza sambil tersenyum, kemudian mengambil tempat duduk di sampingnya.

Ola hanya bergumam menanggapi. Tolong ingatkan dia kalau dia masih merasa kesal dengan pacar menyebalkannya ini!

"Kenapa?"

"Apa?" balas Ola seraya menatap Raza dengan malas.

Sementara Raza menatapnya geli, lalu merangkul bahunya dan menarik kepala Ola untuk bersandar di pundaknya. Bisa Ola rasakan, kalau laki-laki itu mengecup puncak kepalanya. Ya Tuhan ... bagaimana bisa dia tak meleleh kalau perlakuan Raza semanis ini?

"Ngapain aja sama Mama seharian ini? Mama nggak aneh-aneh, kan?"

Ola mendongak, agar dapat melihat wajah tampan laki-laki menyebalkan yang sialnya adalah pacarnya ini. Setelah itu, dia mengangguk. "Sangat baik. Mama kamu baik, super baik. Cuma ya ... kamu terlalu tega buat tinggalin aku sendirian di sini."

Mendengar hal itu sontak saja Raza mengernyit. "Bukannya kamu setuju buat aku tinggal di sini? Begitu aku pamit tadi sama Mama, Mama bilang kalau kamu nggak keberatan untuk aku tinggal." Raza berucap seraya menatap kekasihnya. Bahkan laki-laki itu sedikit merenggangkan rangkulannya supaya mata mereka bisa bertatapan.

Namun tak lama setelahnya, Raza terkekeh. "Ternyata aku bisa diperdaya juga sama akal-akalan Mama," bisiknya, yang sontak saja membuat Ola bingung.

"Maksud kamu?"

"Kalau kamu nggak merasa begitu, berarti Mama bohong sama aku." Laki-laki itu masih terkekeh. "Sorry udah tinggalin kamu sendirian di sini. Tapi kayaknya semua baik-baik aja, kan?"

Ola mengangguk. "Hm."

"Mama emang suka iseng begitu. Maafin Mama, ya?"

Ola yang semula cemberut dan masih merasakan sedikit kesal pada Raza pun akhirnya tersenyum. Sungguh, dia sendiri pun agak geli mendengarnya. Mamanya Raza seniat itu? Namun tak bisa dimungkiri kalau perasaannya sangat senang karena mendapat perlakuan baik dari Ibu laki-laki itu, tapi ....

Peringatan berbahaya di kepalanya berdering. Duh, apakah mama Raza benar-benar tidak tahu soal hubungan mereka? Bagaimana kalau ....

"Za?"

"Hm."

"Aku mau tanya," ucap Ola yang Raza balas dengan gumaman lagi.

Ola berdecak pelan. "Yang ikhlas, dong, jawabnya. Kebiasaan, sariawannya kambuh lagi!"

Raza tertawa kecil. "Iya, mau tanya apa, Sayang? Mau tanya aja pakai bilang dulu."

Tuh, kan! Apa katanya? Sayang? Ola jadi nggak bisa marah lagi kalau Raza terus begini. Sialnya, dia sangat suka. Mendengar Raza memanggilnya seperti itu membuat Ola merasa sangat dicintai laki-laki itu.

"I love you," bisik Ola pada akhirnya, melupakan niatnya untuk bertanya. Sampai-sampai membuat tawa Raza meledak.

"Aku tahu," balas laki-laki itu amat kalem. Ya, Raza bisa berubah menjadi sosok menyebalkan hanya dalam hitungan detik. Rasanya Ola menyesal telah mengatakan betapa dia mencintai laki-laki itu beberapa detik yang lalu.

"Nggak mau balas?" ucap Ola, sedikit merajuk.

Raza menggeleng tak acuh. Laki-laki itu menatap pacarnya dengan geli. Ola memang selalu semenggemaskan ini di matanya.

Ola mendengkus. "Ya udah. Lagian aku tahu, kok, kalau kamu juga cinta sama aku. Ya, nggak apa-apa. Dasar, gengsinya gede banget, ya!"

Alih-alih menjawab, laki-laki itu hanya menatap Ola yang masih menggerutu dengan senyuman di bibirnya. Ya, pada akhirnya semesta pun tahu kalau dia amat sangat mencintai perempuan yang berada dalam rangkulannya itu.

[Not] FellowshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang