BAB 40

16K 1.8K 231
                                    

Bab 40

"Gantengan mana sama aku?" tanyanya begitu saja.

"Noah, of course!" serunya tak sadar. Karena beberapa puluh detik setelahnya, perempuan itu menunjukkan cengirannya lalu mengecup pipi kekasihnya dengan kilat dan berkata, "Sayang kamu."

Sementara di tempatnya, Raza hanya mendengkus pelan. Menyuarakan kekesalannya pun rasanya percuma, jika melihat bagaimana antusiasnya Ola saat ini. Setidaknya, Raza senang karena bisa menikmati senyum dan juga tawa bebas dari Ola karena film tersebut. Kabar buruknya, dia sudah seperti makhluk tak kasat mata saja, terabaikan.

"Masih lama?"

"...."

"La?"

"...."

"Sayang?"

Berapa kali dia memanggil pun, pacarnya itu masih terdiam. Apalagi kini Ola malah senyum-senyum sendiri. Ya, pada akhirnya dia teracuhkan hanya karena tokoh tidak nyata itu. Betapa menyebalkan nasibnya ini. Padahal, maksud kedatanganya ke sini tak lain untuk menembus rasa rindunya.

"La?" Raza berucap tepat di depan telinga perempuan itu. Sedikit berhasil, pasalnya kali ini Ola menjawabnya meski dengan gumaman. Sebuah kemajuan ....

"Lapar."

"Makan, gih."

"Cari makan di luar, yuk?"

"Delivery order aja, filmnya belum habis," balas Ola masih dengan kedua mata yang terfokus pada layar persegi di depannya. Oh, jadi begini rasanya tidak dianggap, terlebih karena benda mati? God! Ingin rasanya Raza membanting benda tersebut.

"Kamu, kan, udah tahu ending-nya gimana."

Ola menoleh, lalu mengecup bibirnya sekilas. "Nanti, oke?"

Raza hanya menghela napas, kemudian memejamkan mata. Namun, tak ingin kehabisan akal untuk kembali mengambil perhatian Ola, perlahan tangannya menggelitik pinggang perempuan itu membuat Ola pun tertawa seraya mengomel. Kedua tangan Ola pun berusaha menangkis tangan jahil kekasihnya, yang sialnya tak kunjung berhasil.

Ola menggeram, tetapi tak bisa berhenti untuk tertawa karena geli. "Raza, ih, aduh ... ih, lepasin."

Raza menggeleng. "Makan dulu, baru dilepas."

"Aduh, ih, jahat banget main ancam gitu."

Raza hanya mengedik. "Iya atau enggak?" ucapnya, lalu kembali menggelitik Ola dengan gemas, sampai pada akhirnya Ola pun mengiakan meski dibarengi dengan gerutuannya.

Cup.

Raza mengecup bibirnya sekilas, membuat omelannya pun tertelan begitu saja.

"Jangan ngomel terus, capek. Mendingan kamu siap-siap dulu, aku udah lapar banget."

Ola berdecak, tetapi tak urung menurut dengan beranjak dari posisinya, kemudian mencubit lengan milik kekasihnya itu dengan kencang, sebelum kabur meninggalkan Raza yang mengaduh kesakitan. Ola yang masih berada di atas tangga pun terkikik, lalu menoleh ke belakang dan memeletkan lidah pada kekasihnya yang tersenyum geli menatapnya. Tangan mungil itu cukup pintar mencubit lengannya.

***

"Za?"

Raza yang baru saja menegak minumnya hanya bergumam, menjawab panggilan Ola. Saat ini, mereka berdua sedang berada di salah satu restoran seafood, makanan yang tidak disukai mamanya. Maka, jangan harap ada hidangan seafood di rumah.

"Tadi kamu ketemu sama Papa?" tanya Ola pelan, dan terdengar ragu.

Mendengar hal itu, Raza pun menatap Ola lama. Agak heran sebenarnya, apalagi dia bahkan masih ingat bagaimana kekasihnya tadi menolak untuk membicarakan papanya. Namun pada akhirnya, Raza mengangguk mengiakan.

[Not] FellowshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang