9. Ga boleh pokoknya

39.5K 4.4K 977
                                    

"Jangan keluarkan Jaemin dari sekolah ini ya bu, bersihkan nama dia yang sempat kotor karena saya, makasih bu," pinta Minju sebelum dia keluar dari ruang bk dan meninggalkan sekolah ini untuk selama lamanya.

"Adek mulai sekarang sama mama dulu ya. Besok kalo adek udah keluar dari perut mama, mama usahakan kamu biar bisa ketemu sama papamu ya dek." ucap Minju menahan dirinya agar tidak menangis sambil mengelus perutnya pelan.

"Na Jaemin," ucap Yoona memanggil anak pertamanya itu dengan tegas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Na Jaemin," ucap Yoona memanggil anak pertamanya itu dengan tegas.

Jaemin yang sedang menaiki tangga menuju kamarnya pun berhenti untuk menatap sang bunda.

"Apa bun?" tanya Jaemin seraya menenteng tas sekolah miliknya.

"Turun, bunda mau ngomong sama kamu," kata Yoona, duduk di kursi ruang tamu sambil menunggu anaknya menuruni tangga dan duduk di depannya.

Jaemin mau tidak mau harus menuruni tangga kembali ke lantai bawah, untuk duduk di kursi depan sang bunda.

"Minhee," panggil Yoona ke anak keduanya yang sedang sibuk rebahan di depan ruang tv.

"Iya bundaaa," jawab Minhee yang masih setia rebahan di sofa depan ruang tv.

"Minhee," panggil Yoona kembali.

Minhee berdecak kesal karena merasa terganggu dengan panggilan bunda kesayangannya, "Iya bunda iya, Minhee bangun nih," katanya kesal kemudian berjalan ke arah ruang tamu dimana ada sang bunda dan kembarannya.

Minhee duduk di sebelah Jaemin, Yoona pun mulai bertanya kepada Minhee karena Yoona merasa kalo Minhee itu anak yang paling jujur dibandingkan dengan kakaknya, Jaemin.

"Minhee, kenapa muka kakak kamu bisa babak belur kayak gini?" tanya Yoona to the point.

Minhee melihat Jaemin yang sedang menatapnya tajam, namun dia tidak peduli dengan hal itu.

"Dia habis dipukul bang Yohan bun, anaknya tante Jisoo," jawab Minhee, kemudian tersenyum ke arah Jaemin. Sedangkan Jaemin hanya bisa menundukkan kepala menatap lantai.

Yoona membulatkan matanya kaget, "Yohan itu abangnya Minju kan? Kakak kamu dipukul karena masalah apa, Minhee?" tanya Yoona kembali.

Minhee menarik nafasnya panjang, "Dia ngehamilin Minju bun,"

Jaemin memberanikan diri untuk menatap bunda dan membela dirinya sendiri di hadapan bundanya, "Minhee bohong bun," ucap Jaemin berusaha membela dirinya dalam masalah ini.

Minhee menggelengkan kepalanya, "Bunda tau? Minju tadi kan langsung dikeluarin dari sekolah karena ulah Bang Jaemin yang gak mau tanggung jawab," jelas Minhee.

"Minhee bangsat," ucap Jaemin kesal kemudian meninggalkan bunda serta saudara kembarnya dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua.

Yoona memijit pelipisnya, "Itu benar, Minhee?" tanyanya.

Minhee menganggukkan kepalanya, "Benar bun, di grup angkatan juga ada video pas bang Jaemin ngebentak Minju kasar terus bang Jaemin ngasih beberapa lembar uang ke Minju tapi dengan cara dilempar ke mukanya," jelas Minhee panjang lebar, kemudian membuka grup chat angkatan di handphone miliknya.

Yoona meneteskan air mata, dia bingung dengan kelakuan anak pertamanya, "Coba sini bunda mau lihat." kata Yoona kemudian mengambil handphone dari tangan Minhee.

"Adek," panggil Yohan, membuka pintu kamar Minju pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adek," panggil Yohan, membuka pintu kamar Minju pelan.

Yohan terkejut saat melihat keadaan kamar Minju yang berantakan karena baju yang tersebar kemana mana.

Yohan memasuki kamar Minju dan mencari adeknya, yang ternyata sedang berdiri di balkon sambil menatap langit.

"Adek dipanggil mas kok ga nyaut?" tanya Yohan sambil berjalan menghampiri Minju.

Minju menoleh ke arah Yohan sambil mengelap air mata yang menetes di pipinya, "Hehe sorry mas, aku ga denger tadi," jawab Minju sambil berusaha menutupi kesedihan dalam dirinya, namun gagal.

"Habis nangis ya dek?" tanya Yohan, menatap wajah Minju dengan serius.

Minju menggelengkan kepalanya, "Ga kok mas, ini cuma kelilipan tadi," bohongnya.

"Jujur aja sama mas, mas ga ngajarin adek buat sering bohong sama mas ya," ucap Yohan.

Minju kembali meneteskan air matanya dan memberanikan diri untuk menatap sang kakak, "M-mas marah sama adek ga, pas tau masalah adek?" tanya Minju di sela tangisnya.

Yohan memeluk Minju dengan erat, "Mas ga marah, cuma ada rasa kecewa sedikit mas sama adek," ucap Yohan, membiarkan Minju menangis di pelukannya.

"Lebih kecewa lagi kalo kamu ngelarang mas ke rumah mantan pacarmu itu untuk minta pertanggung jawaban dia ke kamu," lanjut Yohan yang membuat Minju tambah meneteskan air matanya.

"M-maafin adek mas, adek udah bikin mas malu, adek ga bisa jadi adek yang baik buat mas, adek-" kata Minju terbata bata sambil menangis, namun segera dihentikan oleh Yohan.

Yohan menaruh jari telunjuknya tepat di bibir Minju, kemudian berkata, "Besok siang mas ajak adek ke rumah mantan pacar adek itu, dan mas ga terima penolakan," ucap Yohan, kemudian berjalan meninggalkan Minju sendirian di balkon kamar miliknya.

Minju tersentak kaget dengan ucapan kakaknya sendiri, "Jaemin ga boleh tanggung jawab sama hal ini, dia harus sekolah sampai jadi sarjana." gumam Minju, lalu masuk ke dalam kamarnya dan menata baju yang berantakan di kasurnya.

[1] Passion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang