5. Bertemu Pangeran?

6.2K 587 16
                                    

Mungkin selama ini aku keliru. Aku mengira bahwa Erik adalah pangeran yang akan merubah hidupku. Lewat sikapnya yang tampak begitu menyayangi dan mengasihiku, aku terbuai. Aku merasa bahwa dia lah yang terbaik. Yang akan jadi temanku hingga menua.

Tetapi, setelah malam ini, mataku terbuka lebar. Aku tahu bahwa Erik bukanlah pangeran itu. Dia, hanya seseorang yang jadi penghias langkah kakiku.

"Aarrgghh..," erengku frustasi.

Aku merasa hidup sangat tidak adil saat ini. Semua masalah menghujamku, meruntuhiku dan membuatku hancur seperti ini. Benar-benar sakit ku rasakan di dada ini.

Menyakitkan sekali. Sangaaaat menyakitkan. Bahkan aku tak tahu harus melangkah kemana lagi di malam yang sudah sangat gelap ini. Otak ku pun tak lagi sanggup berpikir untuk melakukan apa lagi.

Sejenak masalah tentang tante Riris hilang. Di gantikan dengan kesakitan akan penghianatan lia dan erik. Dua bajingan sialan yang sudah menusukku dari belakang.

Aku hanya berjalan dengan pikiran kosong. Berjalan tidak tahu arah, berjalan tidak tahu mau melangkah kemana. Hanya berjalan saja, menyusuri jalanan yang ada.

Namun, tiba-tiba..

Tiin!!

Suara itu membuatku tersadar. Mataku terbelalak dan aku tak lagi dapat berbuat apapun. Dengan cepat mobil itu merem, namun tetap membentur kakiku.

"Aaghhh..," lenguhku yang sudah terjungkal ke jalanan beraspal. Krikil tajam dan rasa perih langsung menyambutku.

Sungguh sial nasibku. Entah dosa apa yang sudah kulakukan hingga Tuhan harus menguji hidupku seberat ini. Sudah mamaku di bunuh, papaku tidak mempercayaiku, kekasih yang sudah hampir 3 tahun bersamaku selingkuh dengan sahabatku sendiri, sekarang aku malah tertabrak dan kesakitan seperti ini.

Tidak sanggup lagi aku berkata apapun lagi menanggapi penderitaan ini. Hanya tangisku lah yang mampu menunjukkan curahan perasaan yang begitu lemah ini.

"Mbak, gimana keadaannya, mbak? Mbak baik-baik saja?" Suara itu terdengar begitu samar di telingaku. Tampaknya, aku sudah sangat kelelahan menghadapi semua ini. Aku tidak memiliki tenaga lagi. Dan detik itu juga, semuanya terasa gelap. Aku tergeletak tak berdaya seketika.

...

Aku tahu benar bahwa aku sedang berada di alam mimpi. Sungguh, rasanya ingin tertidur saja. Aku benar-benar berharap bahwa apa yang ku lalui hanyalah sebuah mimpi. Sebuah mimpi yang akan lenyap begitu aku membuka mata.

Tetapi, aku harus menerima kenyataan ini. Aku harus menghadapi cobaan besar ini. Aku terbangun dari tidur panjangku, dan seluruh diriku langsung merasakan kesakitan batin. Air mataku langsung menyeruak tanpa di pancing.

"Mbak, udah sadar, mbak?" Tubuhku di guncang dan ku dengar suara seorang pria bertanya.

Aku menoleh ke samping kiriku, membuat air mataku ikut terjatuh ke arah sana. Dan ku temukan sosok seorang pria yang begitu tampan disana. Menatapku dengan khawatir dan mencoba terus berkomunikasi padaku.

"Mbak bisa dengar saya?" Tanyanya lagi. Matanya membulat menyorotku dengan lekat. Ada raut khawatir di wajah tampannya itu.

Dalam setiap kisah cinta dalam dongeng seorang tuan putri, akan ada pangeran yang membuat kisah cinta itu jadi berakhir bahagia. Apakah dia? Apa selama ini aku salah membayangkan Erik sebagai pangeran itu?

Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawabanku. Tenggorokanku terasa begitu kering hingga aku tak sanggup untuk bersuara.

"Akk.. aakk.." Ya Tuhan! Kenapa aku? Kenapa aku tidak bisa bersuara.

Cinderella Escape || Panji ZoneDonde viven las historias. Descúbrelo ahora