24. Putus Asa

5.7K 603 19
                                    

Lutut Cindy bersimpuh di atas tanah. Seluruh wajah Cindy tampak bergetar, berikut air mata yang mengalir deras. Tangan Cindy bergetar mengusap pusara Erik. Ia sungguh tidak percaya bahwa pria itu telah tiada.

Waktu itu, Cindy datang ke kantor polisi dengan di temani oleh Panji. Ia begitu terkejut saat polisi yang ingin mengintrogasinya mengatakan, "selamat siang, mbak Cindy, jadi kami memanggil mbak Cindy hari ini, untuk meminta keterangan terkait kecelakaan yang menimpah saudara Erik. Yang mengakibatkan saudara Erik kehilangan nyawanya."

Ha? Cindy sungguh terkejut. Ia tercengang seketika dan air matanya terjatuh begitu saja. Tangannya pun bergetar dan Cindy begitu syok mendengar kabar itu. Suara polisi yang memanggili namanya pun tidak sanggup untuk ia jawab.

Erik.. Erik meninggal? Tanpa sadar Cindy memegang tangan Panji yang ada di sampingnya. Membuat Panji langsung menatapnya antusias.

"Kenapa lo woi?" Tanya Panji memegang bahu Cindy.

Cindy menangis dan seakan ingin berkata-kata kepada Panji. Ia menangis tersedu-sedu dan memegang lengan Panji. Bibirnya bergerak, tetapi ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

Panji langsung memeluk wanita itu dan mengusap-usap punggungnya. "Tenang.. tenang.. lo takut ya disini? Ha? Tenang, ada gue. Lo nggak usah takut," ucap Panji yang tidak mengerti kenapa Cindy bereaksi seperti itu.

Panji melemparkan tatapan tajam kepada polisi yang hendak mengintrogasi Cindy. Membuat polisi wanita itu mengernyitkan dahinya di tatap seperti itu oleh Panji.

"Lo nyuruh dia jadi saksi, kenapa malah lo nangis-nangisi?!" Gerutu Panji membuat polisi wanita itu tak terima dengan tuduhan Panji.

"Memang saya bilang apa, pak? Saya bahkan belum bertanya apapun!" Seru polisi wanita itu tak terima.

Cindy menangis di pelukan Panji. Dadanya terasa begitu sesak. Ia benar-benar terkejut mendengar kabar kematian Erik. Meski pun pria itu sudah menyakitinya dengan penghianatan, tetap saja.. itu tidak menutup mata Cindy untuk segala kebaikan yang pernah dia lakukan.

Setelah Cindy merasa jauh lebih tenang, introgasi pun di lanjutkan. Sepanjang introgasi itu, air mata Cindy terus berjatuhan. Ia menerima banyak kenyataan pahit yang tidak pernah ia banyangkan sebelumnya.

Di mulai dari kecelakaan Erik yang membuat nyawa pria itu menghilang, di lanjutkan dengan kenyataan bahwa sebelum kejadian, Erik berusaha untuk mencarinya. Dan yang paling menyakitkan.. kenyataan yang benar-benar tidak ingin Cindy terima, bahwa ternyata; kecelakaan yang menimpah Erik adalah pembunuhan berencana yang mama tiri Cindy lakukan.

Cindy begitu menangis pilu di makam Erik. Ia tidak menyangka bahwa faktor utama kematian Erik adalah dirinya. Segala kesalahan Erik terlupakan dari benak Cindy. Tergantikan dengan penyesalan yang teramat dalam.

Maafin aku.. maafin akuu ucap Cindy berulang kali dalam kebisuannya. Ia benar-benar merasa bersalah atas segala yang terjadi pada Erik.

"Non.. non Cindy, jangan kesana, non," ucapan bi Narti beberapa waktu lalu terngiang dalam benak Cindy.

Jadi itu.. jadi itu kenapa bi Narti nggak kasih aku buat ketemu Erik waktu itu. Karena Erik udah nggak ada. Cindy memejamkan matanya erat. Begitu pilu menghadapi semua kenyataan yang harus ia hadapi. Sungguh menyakitkan.

...

Cindy bersembunyi di balik pohon besar. Hari ini, Panji memberinya izin untuk keluar dari rumah. Namun dengan batas waktu hingga jam 5 sore saja. Dan saat ini, ia sedang berada di sekitar komplek perumahan tempat Erik tinggal.

Cinderella Escape || Panji ZoneWhere stories live. Discover now