26. Hujan

5.6K 622 43
                                    

Cindy mengedarkan pandangnya ke segala penjuru. Saat ini, ia tengah duduk di kursi penumpang bagian depan mobil Panji. Sementara Panji menyetir di sebelahnya.

Entah kemana Panji akan membawanya. Ia hanya tahu bahwa pria itu ingin memancing. Tapi, tidak tahu dimana. Waktu perjalanan yang mereka tempuh pun cukup lama. Bahkan Cindy mulai ngantuk dan berujung terlelap.

Cindy sadar dari tidurnya saat ia mendengar suara pintu mobil di tutup. Dengan mata menyipit, ia menelisik ke sekeliling. Entah dimana dia saat ini, tapi tidak jauh dari mobil itu, terlihat sebuah danau yang tenang.

Cindy pun turun dari mobil itu. Meregangkan otot tubuhnya yang kaku. Dan menarik napas yang dalam. Menerima asupan oksigen yang begitu menyejukkan.

Ia melihat Panji yang sedang menggelar karpet lipat di tepi danau itu. "Woi! Ambil box di dalam bagasi!" Perintahnya pada Cindy.

Cindy mengenyam mulutnya sendiri. Dengan patuh, ia berjalan ke bagasi mobil yang tampak terbuka. Mengambil box itu keluar dari bagasi dan membawanya menuju Panji.

Cindy membuka sendalnya dan memijakkan kaki di atas karpet. Lalu duduk di sana. Sementara Panji duduk di kursi kercil sambil mempersiapkan pancingannya.

Jauh banget mancing aja ke sini batin Cindy yang mengedarkan pandangnya ke sekitar danau yang tenang.

"Lo jangan diam aja. Gue laper. Keluarin makanan." Gumam Panji sembari sibuk dengan pancingnya.

Cindy pun hanya menurut saja. Ia membuka box yang tadi ia ambil dan mengeluarkan kotak bekal dan minuman yang ada di dalam sana. "Ini makan," cicit Cindy dengan jutek.

"Lo nggak lihat, tangan gue lagi sibuk. Suapi gue!" Perintahnya membuat Cindy langsung menatap sinis Panji. "Lo jadi mainan gue nggak usah ngelunjak. Nurut-nurut aja," omelnya.

Panji melempar kailnya. Sementara Cindy, dengan wajah merengutnya mulai berdiri. Membawa kotak bekal itu.

"Emang harus dua tangan pegang pancing?" Tanya Cindy yang sudah berdiri di samping Panji.

"Iya, harus! Ikan di sini besar-besar." Jawab Panji membuat Cindy mendesah malas.

Mau tidak mau, Cindy harus menyuapi pria itu. Di suruh ini itu, seakan Cindy adalah asisten pribadinya.

"Minum," perintah Panji dan dengan sabar, Cindy memberikan pria itu minum. Mempertemukan mulut botol dengan mulut pria itu.

Akhirnya, Cindy selesai memberi makan bayi besar itu. Ia duduk kembali di atas kerpet, sembari mengedarkan pandang dalam diam.

Panji yang menggunakan baju kaos dan celana pendek, tampak menggulung benangnya. Menaruh kembali umpan di kailnya. Namun, belum sempat ia melempar kembali kailnya, Panji menatap ke arah langit.

"Sialan, cerah begini hujan," gerutu Panji yang membuat Cindy langsung mengangkat kepala dan satu tangannya untuk memastikan bahwa hujan memang turun atau tidak. Dan benar, hujan memang turun.

Panji melirik ke sekitar. "Hujan deras woi!" Serunya yang mendengar suara hujan. Dan dalam waktu sepersekian detik, hujan deras langsung menerpa. Membuat keduanya langsung bangkit dan bergegas membereskan barang-barang.

Dengan cepat, Panji dan Cindy berlari ke arah mobil. Memasukkan barang-barang ke bagasi mobil dengan sembarang. Lalu mereka pun memasuk ke dalam mobil.

Baju dan rambut keduanya basah. Napas keduanya memburu karena terburu-buru dan berlari-lari.

"Ah, sialan. Basah semua." Gerutu Panji sembari melepas baju kaosnya. Ia membuang baju kaosnya ke bangku belakang dengan sembarang. Mempertontonkan tubuh atletisnya yang di hiasi tatto di beberapa sisi. Sementara Cindy langsung gelagapan dan membuang wajahnya.

Cinderella Escape || Panji ZoneOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz