23 - Bos

86.6K 6.4K 387
                                    

Area belakang sekolah tengah dipenuhi oleh komplotan anak Zayeoune. Diwaktu istirahat kedua seperti ini mereka memanfaatkan waktunya untuk berkumpul sekaligus membicarakan rencana yang sebentar lagi akan mereka laksanakan.

Fauzan sudah kelas akhir, itu artinya sebentar lagi ia akan lulus dan lepas dari jabatannya sebagai ketua Zayeoune. Sebenarnya ini tidak perlu diadakan, tetapi mengingat ada anggotanya yang masih kelas 10 dan kelas 11, mau tidak mau ia harus tetap mengadakannya.

Fauzan Reynalfiyandi. Cowok selaku pendiri dan ketua pertama dari Zayeoune itu memutuskan untuk mengalihkan kekuasaannya kepada kelas 11 saja, dan sekarang ia masih memilih untuk menentukan siapa orangnya.

"Bentar lagi kalian udah pada lengser, kita harus sering ngumpul nih, itung-itung buat persiapan menyambut perpisahan," ujar Andra, anggota Zayeoune dari angkatan kelas 11.

"Pasti jarang, sih, si Bos kan udah jadi double Bos sekarang," sambung Bonek yang duduk disebelah Andra.

"Double Bos?" tanya Bima---anak Zayeoune angkatan kelas 10---masih heran.

Odel mengangguk seraya menatap Bima. "Ketinggalan info banget, sih! Si Bos udah jadi Bos kafe sekarang." Odel beralih menatap Fauzan. "Ya, kan, Bos?"

Fauzan mengangguk. Cowok yang menyandarkan punggungnya ditembok itu menatap Bima seraya tersenyum penuh arti. "Lo juga ketinggalan info. Odel abis ditolak sebelum nembak."

Odel menatap Fauzan sinis. "Jangan dibahas, Bos."

Regan menghampiri Odel kemudian merangkul bahunya. "Udah gue bilang, kan, kalo gue bakal cariin yang baru. Yang lebih wuah pokonya."

Odel mendengus kemudian melepaskan rangkulan Regan. "Cewek banyak, tapi yang bikin gue cinta cuma Kelly seorang."

Kufa yang sedari tadi hanya diam mendengarkan kembali berdecak ketika mendengar teman-temannya yang selalu membicarakan cewek. "Buciners! Pegel kuping gue denger kalian ngomongin cewek terus."

Bonar---anak seangkatan dengan Bima---mengernyit heran mendengar ucapan Kufa. "Aneh, ya, yang lain pada seneng ngomongin cewek, lah si Kufa malah gak suka."

"Lo belum tau? Si Kufa kan gak doyan cewek," sahut Regan seraya tersenyum menatap Kufa.

"Belok dong?" ujar Andra.

"Nah, itu tau," sambung Kido.

Kufa mendengus keras. Jadi bahan olok-olokan temannya memang sudah biasa, tetapi bukan berarti apa yang mereka katakan itu benar. Kufa masih suka perempuan, tetapi tidak untuk sekarang. Ia hanya akan fokus belajar untuk masa depan.

"Gue juga pegel liat Kufa yang kemana-mana bawa buku terus," ucap Bima.

"Ini lebih berfaedah," balas Kufa seraya melirik sekilas.

"Tapi, lo beneran udah belok?" tanya Bonar dengan tampang tanpa dosa.

"Lo belum ngerasain jurus gue, ya?" desis Kufa seraya menatap Bonar tajam.

Bonar tertawa seraya menempelkan telapak tangan didepan dadanya. "Sorry. Gue gak mau dah rasain jurus lo yang kalem-kalem mematikan."

Fauzan menggeleng seraya terkekeh pelan. Berkumpul seperti ini memang sangat mengasyikan baginya, ia bisa lupa dengan setumpuk masalah kehidupannya.

Cowok itu menoleh melihat kumpulan anak Zayeoune yang lainnya, sebagian dari mereka tengah bermain ludo dan tidak sedikit juga yang tengah bermain game online.

Menjadi orang nomor satu dalam gengnya bukanlah hal yang mudah, ia bertanggung jawab penuh untuk itu. Kadang, ketika ada salah satu anggota yang membuat kesalahan, mau tidak mau Fauzan ikut terkena imbasnya juga. Sebenarnya tidak apa-apa, kalau mereka salah mereka tetap harus dihukum yang sesuai dengan kesalahannya. Yang paling ia benci adalah ketika mereka tidak melakukan apa-apa, tetapi harus dihukum hanya karena omongan murid yang sudah memegang penuh kepercayaan para guru.

FauzanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora