36 - Raja jalanan

101K 8.8K 2.7K
                                    

RELAKSASI:)

Jadi, rekor kalian baca ulang berapa kali?🤣

Sambil nungguin up, biasanya kalian ngapain?

1. Baca part teruwuu

2. Cek in setiap hari, udah up ato nggak.

3. Spam komen next di part terakhir.

Atau..

4. Kumat kamit kesel sama authornya?🤣


HAPPY READING<3



Metta menatap Fauzan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengernyitkan keningnya kala menyadari cowok itu yang tidak mengenakan baju sekolah. Ia ingin bertanya namun, sekali lagi ia membodohkan dirinya karena rasa takut itu kembali hadir.

"Kenapa belum makan? Nungguin gue?"

Metta menggeleng. Matanya masih menyorot Fauzan yang tengah mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. "Enggak juga."

Oke, sepertinya Metta sudah mulai berani.

Fauzan menghampiri Metta kemudian ikut duduk di kursi meja makan. "Oh."

"Iya."

Fauzan menyampirkan handuk tadi di bahu Metta kemudian ia segera memakan makanan yang sudah disiapkan oleh istrinya.

"Gak mau disisir dulu rambutnya?" tanya Metta. Ia memperhatikan Fauzan yang tengah melahap makanannya.

Fauzan menggeleng pelan. "Nanti aja. Laper."

Metta hanya mengangguk kecil membalasnya. Entah kenapa, pagi ini nafsu makannya hilang begitu saja. Dulu pernah seperti ini namun, sekarang baru muncul kembali.

Alhasil yang ia lakukan sekarang adalah memandangi wajah suaminya dari samping. Ia benar-benar terhipnotis melihat rahang cowok itu yang bergerak mengunyah makanan. Garis wajahnya tegas seperti sikap aslinya. Apalagi melihat rambutnya yang sedikit basah dan masih acak-acakan karena belum disisir. Benar-benar membuat Metta gagal fokus.

Jangan lupakan cowok itu yang pagi ini memakai kaus hitam, hal itu membuat kegagahannya semakin menambah.

Masih pagi, namun pikiran Metta sudah berkeliaran sejauh itu.

"Kenapa gak makan? Gak nafsu lagi?"

Metta mengangguk kecil ketika Fauzan bertanya seraya melirik ke arahnya.

"Vitaminnya gak diminum?"

"Udah. Tapi gak tau kenapa pagi ini selera makannya ilang."

Fauzan menatap Metta sekilas kemudian kembali melanjutkan kegiatannya. "Jangan gitu, kasian yang di dalem."

Metta menghela napas. Ya, benar. Kasian yang ada di dalam perutnya kalau ia tidak makan sama sekali. Tapi mau bagaimana? Selera makannya benar-benar tidak ada.

"Maaf."

Fauzan menelan suapan terakhirnya. Setelah minum, ia mengubah posisi menatap Metta yang sedari tadi matanya tidak beralih darinya. Ya, ia menyadari itu.

"Sekarang lagi pengen makan apa?"

Metta menahan napas. Apa itu artinya Fauzan mau menuruti permintaannya? Jujur saja, sudah lama ia memendam rasa ingin makanan hasil masakan suaminya. Ingin rasanya memintanya kepada cowok itu namun, sekali lagi rasa takutnya benar-benar tak terkondisi.

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang