45 - Lo Semua ... Mati!

91.4K 7.3K 2.7K
                                    

HALLO?

Sampai dipart penghujung cerita :(

Gimana? Udah siap baca?

Siapa yg deg-degan?

Siapa yg berharap ada sequel?

Mau ngucapin apa ke pak bos?

Mau ngucapin apa ke bu bos buat salam perpisahan?

Selamat menahan Rindu🖤

















Rumah sakit dengan segala macam aromanya, Fauzan melangkah masuk dengan langkah pelan. Takut kalau lagi-lagi ia harus merasa kecewa dengan keadaan Odel yang masih belum ada kemajuan.

Selain tidak tega melihat teman sendiri terbaring tak berdaya seperti itu, Fauzan juga ingin semuanya cepat selesai. Tentang kecelakaan yang masih belum menemukan titik terangnya, juga mereka yang akan segera melaksanakan acara yang sudah dari jauh hari direncanakan.

Apalagi jika mengingat mereka yang sebentar lagi akan lulus dan mulai berpisah satu sama lain. Masa-masa sekarang harusnya mereka pakai untuk menghabiskan waktu bersama, bukan sibuk mencari kejelasan seperti sekarang.

Harusnya tidak seperti ini.

Bukankah mereka sudah merancang angan-angan perpisahan dari jauh-jauh hari?

Fauzan mendengus dan semakin merasa pusing kala pikirannya mengingat permintaan papanya waktu lalu.

Tidak, jangan sampai. Kehidupannya yang sekarang sudah jauh lebih bisa ia terima daripada dengan kehidupannya yang sudah lalu.

Ia sudah menyayangi Metta, dan tidak akan lucu jika mereka harus berpisah begitu saja.

Perlahan Fauzan membuka pintu ruangan dimana tempat Odel berada. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah teman segengnya yang tengah duduk berikut dengan kedua orang tua Odel.

Mengalihkan pandangan, hembusan napas kecewa keluar ketika ia masih melihat Odel terbaring lemas, berikut dengan alat-alat yang terpasang di sekujur tubuhnya.

"Baru sampe, Bos?"

Fauzan mengangguk. Setelahnya ia berjalan menghampiri teman-temannya. "Belum ada kemajuan?"

Laki-laki paruh baya yang tengah duduk di samping Regan, mengembuskan napasnya lesu. "Dokter bilang, kemungkinannya sangat tipis, dan ada konsekuensi jika selamat."

Fauzan menatap heran Pak Doni yang tidak lain adalah papa dari Odel. "Konsekuensi gimana, Om?"

Doni tidak menjawab, yang mana hal itu membuat Fauzan penasaran dan langsung menatap satu persatu temannya.

"Kemungkinan Dino akan amnesia."

Atensi seorang Fauzan langsung beralih, menatap wanita paruh baya yang duduk sembari menunduk. Raut wajahnya tidak bisa terdefinisikan lagi, selain kelopak mata yang menghitam, keadaan hidung yang memerah juga menunjukan bahwa wanita itu tidak berhenti menangis.

Amnesia? Haruskah Odel mengalami itu? Jika iya, bagaimana dengan penjelasan kecelakaannya? Satu-satunya orang yang mengetahui semuanya, mengetahui kronologinya, tetapi kemungkinan akan amnesia jika bangun.

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang