37 - Merayakan Kemenangan

99.2K 9.3K 5K
                                    

RELAKSASI

Udah se rindu apa kalian sama cerita ini?

Ucapan rindu kalian buat Si Bos apa?

Ucapan rindu kalian buat Bu Bos apa?

Kalo buat Zayeoune gimana?

Mohon maaf, minggu kemarin tidak up di karenakan tubuh ini tidak terkondisi selama sepuluh hari lebih :(

Udah siap ketemu Bos And the Gank?



HAPPY READING🖤












Metta sakit. Entah apa penyebabnya, yang pasti, semalam ketika Fauzan baru pulang, ia melihat Metta yang tengah tertidur dengan tidak nyaman. Tubuhnya menggigil, keningnya mengernyit seperti tengah menahan sakit, di tambah lagi dengan suhu tubuhnya yang lumayan tinggi.

Benar-benar membuat Fauzan bingung harus melakukan apa.

Ia ingin mencoba membangunkan cewek itu namun, hatinya merasa tidak tega.

Sedikit merasa khawatir, namun lebih merasa bersalah juga. Bagaimanapun, ia tahu, kalau saja waktu itu ia bisa menahan diri, Metta tidak akan sampai pada titik ini. Dimana cewek itu harus menanggung semuanya. Sedangkan dirinya? Masih bisa bebas seperti biasanya.

Fauzan menghela napas pelan. Ia membenarkan selimut yang menutupi tubuh Metta. Setelah mengusap lembut kening yang malam ini bersuhu tinggi itu, Fauzan melangkah keluar kamar. Ia menuju dapur untuk mengambil kompresan.

Saat ia sakit, Metta merawatnya. Sekarang gantian, ia yang merawatnya.

Setelah mengurus Metta, momen malam tadi ia tutup dengan hal sederhana namun, mungkin akan terasa istimewa jika cewek itu menyadarinya.

Entah sudah yang ke berapa, lagi-lagi Fauzan mengecup singkat pipi Metta ketika cewek itu tengah tertidur pulas.

Pengecut, Fauzan mengakuinya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena kenyataannya, ia hanya berani ketika cewek itu tengah tertidur saja.

Lebih tepatnya, untuk sekarang, hanya itulah waktu yang tepat menurutnya.

Terlepas dari bayang-bayang semalam, Fauzan segera mematikan kompornya ketika masakan yang ia masak sudah matang.

Ya, tepat sekali. Pagi ini ia masak. Untuk Metta. Untuk istrinya. Meskipun tidak yakin dengan hasil masakannya, Fauzan tetap melakukannya. Tidak ada pilihan lain karena sampai pagi ini, istri polosnya masih sakit.

Fauzan menoleh menatap Metta yang baru saja memasuki dapur. "Udah mendingan?"

Metta menatap Fauzan lekat. Keningnya mengernyit heran dengan apa yang dilihatnya. Apa ia salah lihat? Apa ia sedang berhalusinasi? Atau ... Ia masih berada di alam mimpi?

Ia melihat Fauzan tengah memasak, dan itu salah satu kejadian yang tidak pernah ia mungkinkan dalam hidupnya.

"Kamu ngapain?"

Fauzan mengernyit heran. "Keliatannya lagi ngapain?"

"Masak?" tanya Metta.

Fauzan mengangkat bahu, kemudian menuangkan nasi goreng yang sudah matang  ke piring yang sudah ia siapkan sebelumnya.

"Kenapa?"

Fauzan kembali melirik Metta. "Kenapa apanya?"

"Kenapa kamu masak?"

FauzanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora