42 - Ketua Geng Yang Rapuh

87.5K 8.7K 3.5K
                                    

HALLO, WB! Harusnya semalem up, tpi ada halangan. Gpp lah ya, yg penting up juga:)

Udah siap baca?

Spam love hitam buat tokoh favorit kalian di cerita ini!

Saya anjurkan bacanya pelan pelan supaya kalian ngerti alur.

SELAMAT MEMBACA, DAN SELAMAT PATAH HATI 🖤








Pukul dua belas malam, Fauzan baru saja keluar dari rumah sakit yang cukup terbilang rumah sakit besar di Jakarta.

Sebenarnya, kondisi tidak memperbolehkannya pulang, ditambah lagi dengan anak-anak Zayeoune yang masih berada di sana. Namun, hati dan pikirannya menolak. Ia khawatir bagaimana dengan keadaan Metta sekarang. Mengingat ia yang meninggalkannya sendirian di restauran tadi.

Fauzan benar-benar membodohkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia meninggalkan Metta, sendirian, di restauran, dengan keadaan hari yang sudah malam.

Cowok macam apa dirinya?

Persetan dengan itu semua. Telpon dari Andra benar-benar membuatnya terkejut bukan main. Ia tidak bisa berpikir jernih saat itu. Pikirannya menginginkan bahwa ia harus cepat-cepat memastikan kebenaran apa yang Andra katakan.

Fauzan langsung ke lokasi, namun sudah tidak ada siapa-siapa di sana. Setelahnya, ia mendapat kabar bahwa semuanya sudah berada di rumah sakit. Tidak mau membuang waktu, Fauzan langsung melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

Dari kejauhan, ia sudah melihat anak Zayeoune tengah duduk sembari menunduk. Ekspresi semuanya benar-benar sulit dijelaskan.

Menghela napas gusar, Fauzan mempercepat langkahnya untuk menghampiri semua teman-temannya.

"Ada apa?"

Semua mata menoleh. Menyorot Fauzan yang tidak lain adalah bos besar mereka dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Gak ada yang mau jawab?" Fauzan menatap satu persatu temannya. "Ada apa?! Kenapa bisa kayak gini?!"

Andra yang tengah duduk di lantai, beranjak kemudian menghampiri Fauzan. "Tenang dulu, Bos."

"Gimana keadaannya?"

Andra menghela napas pelan. Ia menepuk bahu Fauzan beberapa kali seakan mencoba untuk menguatkan bos besarnya. "Odel kritis."

Fauzan menelan ludah. Napasnya sudah tidak teratur. "Kufa gimana?"

Andra berbalik kemudian meninggalkan Fauzan. Ia kembali duduk di tempat semulanya. "Kufa gak selamat, Bos."

Fauzan terkekeh seraya menggeleng pelan. "Urusan ini gak bisa dibecandain. Serius!"

"Kita serius, Bos. Odel kritis dan ... Kufa gak selamat." Suara berat Regan menyahuti ucapan Fauzan. Cowok yang selalu terlihat ceria juga tidak pernah terlihat tunduk sekalipun, kini benar-benar terlihat layu. Duduk di lantai sembari memegangi kepalanya.

"Ini semua salah kita, Bos. Kita gak tau kalo Kufa sama Odel tertinggal di belakang." Kido juga ikut menimpali. Cowok itu juga sama posisinya seperti Regan.

Berkali-kali Fauzan menyadarkan dirinya sendiri. Mencoba menarik logikanya, pikirannya, juga perasaannya untuk kembali ke dunia nyata jika semua ini hanya halusinasinya saja.

Sahabatnya, sahabat yang sedari dulu telah bersamanya, telah berpulang. Sedangkan satu sahabat cerianya, kini tengah terbaring lemah di dalam ruangan sana.

FauzanWhere stories live. Discover now