1 • Music Room

4.1K 603 613
                                    

Surai hitamku sesekali terbang tertiup angin kencang yang berhembus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Surai hitamku sesekali terbang tertiup angin kencang yang berhembus. Kedua tangan tertaut erat di belakang tubuh, tungkaiku melangkah pelan mengikuti langkah lelaki bertubuh tambun di hadapanku, berharap tur singkat mengelilingi sekolah baruku ini segera usai.

Mata sipitku memandang malas tempat-tempat yang ia tunjuk sembari mengoceh entah apa yang tak kudengarkan, bibirku sesekali membuka hingga mengepulkan asap halus akibat panas tubuhku yang bersatu dengan dinginnya udara di sekitar.

Hingga akhirnya mataku terbuka lebar dan kantukku hilang, diganti dengan semangat yang menggebu kala pria berstatus kepala sekolahku ini memutar kunci ruang musik dengan gerakan teramat pelan.

Ingin rasanya membantunya membuka pintu yang ternyata sedikit macet itu, agar aku dapat dengan segera melihat bagaimana rupa ruangan yang sepertinya akan menjadi ruang yang paling sering kukunjungi selama bersekolah disini selain ruang kelas, toilet dan kantin.

"Nah, akhirnya. Maaf ya Nak Yoongi, pintunya agak macet."

"Tak apa, Pak. Bolehkah saya masuk? Dan.. mencoba pianonya?"

"Coba pianonya nanti saja ya? Sekarang kita lanjutkan dulu tur sekolahnya."

Aku tersenyum kecut, ia mempersilahkanku masuk sembari menyerahkan sebuah kunci.

"Nah, kuncinya kau pegang ya. Jadi kapanpun kau bisa masuk kesini. Kata ayahmu kau senang bermain musik ya?"

Mendengarnya aku langsung tersenyum sumringah, kemudian melanjutkan tur sekolah setelah puas mengamati piano yang diletakkan tepat di depan jendela besar.

Setelah menyelesaikan tur sekolah, aku langsung bergegas menuju ruang musik, hendak bersua dengan piano yang terlihat begitu indah, membuatku tidak sabar menjamahnya dengan jemariku untuk menghasilkan nada-nada indah.

Namun saat sampai di ruang musik aku mengernyit melihat pintu yang tak tertutup rapat.

"Apa ada orang? Kupikir, semuanya sedang belajar di kelas saat ini?"

Perlahan aku membuka pintu, dan netraku menemukan seorang gadis duduk diam di depan piano yang baru saja hendak kusambangi.

Tak ingin mengganggunya, aku hanya terdiam menunggu sampai kiranya ia selesai dengan apapun urusannya, baru kemudian aku bisa melaksanakan keinginanku untuk berkenalan dengan si piano.

Namun hingga beberapa saat lamanya, gadis itu hanya terdiam di tempatnya. Benar-benar terdiam, tak sedikitpun suara indah yang berasal dari piano di hadapannya terdengar. Bahkan jika kuperhatikan betul-betul, gadis itu tak bergerak sedikitpun, hanya diam seolah membatu.

Ah, kalau begini caranya sia-sia aku menunggu dari tadi. Peduli setan, aku akan mengusirnya dari sana. Tak tahu kah dia sudah berapa lama aku menunggu disini hanya untuk menghargainya yang telah lebih dulu berada disana?

'tururing-tururing~'

Sial. Mengurungkan niatku dan langsung keluar untuk mengangkat telepon dari asistenku. Aku menghela nafas kesal, ternyata Appa menyuruhku pulang. Kenapa harus sekarang di saat aku baru saja ingin berkenalan dengan piano cantikku?

Aku menoleh kembali ke arah ruang musik, menatap piano dan gadis yang masih setia berdiam diri di sana.

"Kupastikan besok aku akan datang lebih dulu." []

Me, Piano and Her ✔️Where stories live. Discover now