2 • Cierra

2.5K 514 470
                                    



Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.



Saat istirahat tiba aku mengabaikan ajakan para teman-teman baruku makan bersama di kantin. Sebab aku tak merasa lapar, aku lebih berminat pergi ke ruang musik untuk bersua dengan piano cantikku saja setelah kemarin tak bisa kulakukan.

Kulangkahkan kakiku secepat yang kubisa, takkan kubiarkan aku keduluan lagi dari gadis itu. Ya, walaupun tidak tahu juga apakah ia juga akan mampir ke ruang musik saat istirahat seperti saat ini. Bisa saja kan, apalagi sepertinya kemarin ia sampai membolos pelajaran? Sebab kutahu waktu aku mampir ke sana, seharusnya jam pelajaran terakhir masih berlangsung di kelas masing-masing.

Langkahku semakin cepat ketika menyadari aku telah semakin dekat dengan ruang musik, kunci yang kubawa di dalam saku celana segera kukeluarkan, memutar-mutarkan sekeping kunci yang kukaitkan pada gantungan kunci berbentuk piano mini dengan semangat.

Segera memasukkan mata kunci pada lubang kunci yang ada di pintu kayu tersebut, memutarnya dengan terburu hingga terdengar bunyi 'cklek' kemudian langsung membuka pintu yang sialnya macet.

Ah, aku lupa bahwasanya memang pintu ini agak sedikit macet. Baiklah, aku harus sedikit bersabar dan butuh tenaga ekstra untuk membukanya. Kuhembuskan nafas perlahan sebelum kembali mengerahkan tenaga untuk membuka pintu di hadapanku.

Hingga akhirnya aku menghela nafas lega kala berhasil membuat pintu ini terbuka, aku segera mencabut kunci yang masih menancap di lubang kunci, kemudian memasuki ruangan yang dipenuhi oleh berbagai instrumen musik.

Kakiku segera kubawa melangkah menuju piano hitam yang disinari oleh cahaya matahari langsung dari jendela besar yang ada di hadapannya, membuat penampakan piano tersebut semakin indah bak lukisan.

Ah, mungkin memang sedikit hiperbolis. Namun bagaimana lagi? Memang seperti itulah piano di mataku yang pencinta piano. Jadi tolong maklumi saja ya.

Ah, iya. Aku ini selalu menamai setiap piano yang kutemui, dan kali ini aku akan menamainya, Cierra. Min Cierra. Nama yang cantik, bukan?

Dengan perlahan kubuka penutup tuts piano tersebut setelah mendudukkan diri di stool, meniup debu yang ada sebelum meletakkan jemariku diatasnya. Ah.. akhirnya aku dapat berkenalan denganmu, pianoku.

Memejamkan mata sembari perlahan jemariku menari diatas tuts hitam putih, hingga terdengar nada-nada indah yang mulai tercipta. Ah.. indah sekali kau wahai Cierra-ku sayang, bahkan tuts-mu benar-benar terasa lembut dan nyaman kala ditekan.

Sebenarnya aku belum puas bercinta dengan Cierra, namun bel sekolah telah berulangkali memanggilku untuk segera kembali ke kelas. Inginnya disini saja bersama Cierra-ku, namun tak mungkin aku bolos di hari pertamaku belajar.

Sial! Pintunya macet dan aku tak bisa membukanya. []

Me, Piano and Her ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora