10 • Totally Wrong

1.2K 373 266
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Huh? Maksudmu apa? Kau mengataiku bodoh?!" geramku kesal.

"Of course you are. Memangnya siapa lagi yang ada disini?" Gaya itu lagi, memangnya dia tidak punya gaya lain selain bersidekap angkuh begitu?!

"Bisa kau jelaskan maksud perkataanmu? Jangan seenaknya mengataiku bodoh."

Aku masih berusaha mengendalikan emosiku mengingat yang berada di hadapanku saat ini berjenis kelamin perempuan. Bukan levelku untuk memukul perempuan, of course cause I'm a gentleman.

"Sudahlah, cepat keluar. Masih bagus aku membukakan pintu untukmu. Kalau tidak kau akan terkurung untuk kedua kalinya, bodoh."

Gadis itu berlalu begitu saja keluar dari ruangan ini. Tentu aku langsung menyusulnya sebelum pintu kayu tersebut kembali tertutup rapat, siapa yang mau terkurung disini untuk kedua kalinya?

Aku segera menahan pergelangan tangannya, "Kenapa kau mengataiku bodoh?" Bahkan ia sudah mengataiku begitu dua kali.

Ia menepis tanganku kasar, mendengus sebelum menjawab. "Buat apa kau menungguku disana? Bahkan sampai dengan bodohnya mengunci pintu dari dalam."

Lagi-lagi gadis ini membuatku terperangah, bagaimana dia bisa tahu kalau aku sengaja menunggunya disini? Apa ia melihatku? Kurasa tidak, kuyakin tadi aku benar-benar sendiri dan tak ada orang lain di lorong yang selalu sepi ini.

Lagipula jika memang ia benar-benar tahu, lantas mengapa kini ia datang kemari dan membukakan pintu untukku? Berniat membantuku? Tapi aku tidak yakin.

"How do I know? Haha, of course I know. Cause like what I said, you're stupid, dude."

Sinting. Apa dia benar-benar bisa membaca pikiranku?

"Jadi, bisa kau jelaskan untuk apa kau menungguku?" Ia tersenyum miring. Sial. Kurasa kini ia tengah membalikan kata-kataku.

"Siapa yang menunggumu. Jangan terlalu percaya diri." Aku ikut bersidekap dan memasang tampang angkuhku.

Dia malah tertawa mengejek, "Oh ya? Okay, it's up to you. But I know you do."

"I'm not!" sanggahku. Apa-apaan ini, kenapa aku merasa seperti ia seolah tengah menelanjangiku?

Bagaimana caranya ia mengetahui apa yang ada di dalam pikiranku. Dan bagaimana caranya pula ia menutup rapat-rapat apa yang terpancar dari kedua bola matanya itu sehingga aku tak bisa balik membaca apa yang sekiranya tengah ia pikirkan.

Seolah ia tak mendengarkan sanggahanku, ia kembali bertanya dengan sebelah alis dinaikkan. "Kenapa? Untuk apa? Apa kau sebegitu inginnya mengetahui namaku?"

Kurasa Namjoon benar, aku salah berurusan dengannya. []

Me, Piano and Her ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang