21 • Better You Don't

1K 273 433
                                    



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bel pulang sekolah akhirnya berdering, menghentikan penjelasan yang dilakukan oleh Madam Bong di depan kelas, membuat kami semua menghembuskan nafas lega.

Sungguh penjelasan Madam Bong yang selalu cepat bagaikan rapper kelas dunia dengan isinya yang terlalu padat sehingga sulit dimengerti hampir membuat kepalaku pecah.

Bukannya karena aku tidak mengerti, sebab apa yang diajarkannya pun telah ada di dalam otak jeniusku ini. Hanya saja mulutnya yang tak henti-hentinya mengeluarkan rangkaian kata seolah tak memiliki batas lelah sehingga ia takkan berhenti bicara sampai memang waktu yang dimilikinya di kelas telah habis.

Apalagi suaranya yang cempreng dan tak enak didengar itu, ugh.. rasanya gendang telingaku harus diperiksakan ke dokter THT, siapa tahu saja pecah karena terlalu banyak mendengar suaranya yang serupa dengan sendok atau garpu stainless yang digesekkan pada piring tembikar.

Intinya suaranya bagaikan radiasi nuklir yang membahayakan kesehatan siapapun yang mendengarnya. Bagi otak yang harus ekstra konsentrasi untuk dapat mengerti apa yang tengah ia jelaskan—seringkali lebih rumit daripada yang seharusnya— juga bagi indra pendengaran yang bertugas menerima rangsangan bunyi berupa suaranya yang begitu mengerikan.

Segera aku melangkahkan kedua tungkaiku menuju ruang musik tepat setelah ceramahnya yang dengan seenaknya mengambil lima menit berharga kami.

Namun sesampainya aku di depan ruang musik, entah mengapa langkahku memberat, dan aku bimbang, haruskah aku masuk ataukah tidak.

Hei, memangnya untuk apa aku ragu? Yang harus kulakukan hanyalah mendorong pintu kayu di hadapanku ini sesuai lebar tubuhku lalu masuk ke dalam dan kemudian menyapa gadis yang sedang menungguku di sana.

Baiklah, ayo Yoongi kau hanya harus masuk ke dalam dan menyapanya dengan normal.

Baru telapak tanganku mendarat di permukaan pintu kayu, aku kembali menghentikan gerakanku, kemudian jemariku merambat ke sela-sela rambut untuk merapihkan helaian hitamku ini, setelahnya jemariku hinggap ke seragam yang kukenakan, sedikit merapikan bagian yang kusut.

Tunggu, untuk apa aku merapikan rambut dan pakaianku? Ugh, bahkan entah kenapa rasanya kini aku merasa gugup. Sial, kenapa rasanya seperti tengah berbohong kepada Eomma bahwa aku tak sengaja menghilangkan kalung kesayangannya—yang sebenarnya saat itu kuberikan pada Noona sebelah rumahku.

Menghirup nafas berulang kali, berusaha menetralkan ekspresi wajahku, jangan sampai ia melihat kegugupanku.

"Hei Miki, are you ready for today's lesson?" Tenang Yoon, ayo sapa dia senormal mungkin.

"Yoongs! Finally you come. I'm more than ready!" Sial, pertahananku kembali diruntuhkan saat melihat binar matanya yang begitu bersemangat.

Berusaha memendam letupan aneh di dalam dadaku, aku mulai mengambil tempat duduk di sebelah kanannya.

"Ekhem. O-okay. Kau tahu lagu ini?" Jemari kuletakkan pada tuts hitam-putih, menciptakan nada-nada yang membentuk sebuah harmoni lagu.

Ia mengangguk. "Oke, cobalah. Biar Kudengarkan."

Ia mulai mengambil nafas perlahan, kemudian menghembuskannya. "Relax, okay?" ucapku berusaha menenangkannya.

Jemarinya dengan kaku mulai memainkan nada-nada yang tadi kudemonstrasikan, baru beberapa saat lamanya ia sudah berhenti dengan jemarinya yang kembali bergetar hebat.

"Gwaenchana?!" Ia menggeleng lemah, bibirnya mengumamkan kata maaf.

"Tak apa, mungkin kau memang belum siap."

"Maaf." cicitnya.

"Sudahlah. Uhm, bagaimana kalau kita berbincang saja? Hitung-hitung untuk saling mengenal satu sama lain."

Kesempatan, siapa tahu ia mau lebih membuka dirinya, sebab sampai saat ini ia masih begitu tertutup tentang hal-hal pribadinya. Dan jujur, itu membuatku penasaran.

Miki terkekeh, "Kau sebegitunya ingin tahu tentangku?" Look, selalu seperti ini.

Sebenarnya apa yang ia tutupi tentang dirinya?

"Ekhem, ya.. aku kan harus tahu dengan siapa selama ini aku bertukar kata."

Hening, gadis itu tak langsung menjawab.

Hingga selang berapa lama kemudian aku mendengar hela nafasnya, matanya yang sebelumnya terlihat berbinar-binar kini kembali menatapku tajam.

Kenapa? Apakah keinginanku untuk mengetahui tentang siapa dirinya itu salah?

Dan rangkaian kata yang keluar dari belah bibirnya membuat nafasku tercekat,

"Ada hal-hal yang lebih baik tidak kau ketahui, Min Yoongi." []

Thank you for 3K reads!❤

Hayo, maksud Miki apa coba?

Yang masih betah jadi sider, kapan nih muncul? Setidaknya leave a vote? Kan aku mau tahu siapa aja para pembaca kesayangan aku :'

Sooo don't forget to vote!
⭐👇⭐

Me, Piano and Her ✔️Where stories live. Discover now