19 • Her

1K 297 282
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku kembali dengan segelas susu hangat dan sekaleng kopi dingin yang kubeli dari mesin penjual otomatis.

Aku menyodorkan susu hangat tersebut pada gadis yang masih sibuk menunduk sembari menghapus air matanya.

"Thanks." ucapnya dengan suara serak dan parau karena menangis.

Oh. Wow. Ternyata dia bisa juga mengucapkan kata terima kasih.

"Ekhm. So, can you tell me what happened?" Jujur, agak aneh melihat dirinya yang biasanya selalu angkuh dan menyebalkan kini seolah begitu lemah dan menyedihkan.

"I'm sorry." cicitnya, masih dengan kepala yang menunduk sembari sesekali meniup segelas susu hangat di genggamannya.

"For?"

Ia menyeruput seteguk susu sebelum menjawab, "For that h-hug, for my bad attitude, for—everything. I'm sorry.." matanya yang sayu itu mulai nenatapku.

"..I know that I have treated you so badly, and I'm so annoying.." Ia menghela nafasnya, sorot matanya menunjukan bahwa ia menyesal, membuatku merasakan bahwa ia benar-benar tulus meminta maaf.

Aku masih menunggunya untuk melanjutkan perkataannya, karena kurasa memang masih ada yang ingin ia sampaikan.

".. but you still so kind to me. You respect me, even though I'm not respect you as well." Bibirnya menyunggingkan senyum malu.

Sontak bibirku juga turut menyunggingkan sebuah senyuman, bukan karena tersihir senyumannya yang membuatku ingin ikut tersenyum, tetapi karena seluruh perkataan dan permintaan maaf tulusnya yang merasa bersalah padaku.

"It's okay. I don't mind about that anymore. I just need you to tell me about why are you crying. I'm ready to hear anything from you. Just be honest, and you'll feel better after this. Trust me."

Miki kembali menghirup nafas panjang, oke, aku tahu dia butuh waktu untuk terbuka dan menceritakan segalanya, tentu aku memaklumi. Pasti sulit mengeluarkan segala sesuatu yang selama ini hanya selalu terpendam di dalam hati.

"A-aku.. uhm.."

"It's okay, just take your time. I know this is hard for you." Aku mengusap lembut pucuk kepalanya yang kembali tertunduk.

Akhirnya setelah sekian lama gadis ini terlihat lebih siap untuk bercerita.

"Kau memintaku untuk memainkan piano dengan lembut kan?" Aku mengangguk.

"Ta-tapi aku tidak bisa. A-aku—" Tubuhnya mulai kembali bergetar, segera saja aku merapatkan tubuhku dan mulai mengelus lembut punggungnya.

"Selama ini banyak sekali yang membicarakan aku, mulai dari hal yang kuakui memang benar, sampai hal yang benar-benar gila yang tak pernah kulakukan. Me-mereka memfitnahku. I know that I'm not a good girl, but I'm also not a bad girl. I-I'm just an ordinary girl with all of my weakness that I know everyone does it too." Suaranya mulai bergetar, menandakan tangisnya akan kembali tumpah.

"A-am.. I wrong?" Reflek aku menariknya ke dalam dekapanku, "Shh.. it's okay, it's okay. No, you're not."

"Hhh.. maka dari itu, hiks— yang kulakukan adalah mengurung diri disini. Bermain piano yang kucintai dapat membuatku setidaknya sedikit melupakan- hiks semuanya. Ta-tapi terkadang aku tetap mendengar kata-kata mereka, aku tak tahu apakah itu memang benar ataukah hanya terngiang dalam kepalaku. Aku—" Aku semakin mengelus lembut punggungnya.

Menit berlalu, ia mulai kembali tenang, dan mulai melepas pelukanku.

"Lalu aku mulai bermain piano dengan nada-nada tinggi hingga indra pendengaranku penuh oleh nada yang kuhasilkan. Dan lama kelamaan aku tak lagi mendengar apapun selain permainan pianoku." Ia tersenyum lega.

Miki menghela nafas lega, "That's all my stories. Thank you for listening and makes me feel comfortable."

He-hei. Senyumannya manis. Ugh, apa yang baru saja kupikirkan?  []


Double update everyone!
Hope you have a nice day!❤

Me, Piano and Her ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang