45. Arguing

2.4K 321 115
                                    

"Lalu putri dan sang pangeran pun hidup bahagia. Selesai." Yoongi melirik ke samping kirinya, mengecup kening gadis kecil yang kini tengah terlelap setelah mendengar cerita dari buku yang ia baca. Kemudian tangan telaten Yoongi menarik selimut dan membungkus tubuh kecil itu sebelum akhirnya turun dari ranjang.

Tungkainya ia bawa menuju bar table untuk mengambil air putih. Ia teguk perlahan air putih dalam mug besar tersebut kemudian ia kembali menyeret tungkainya menuju jendela besar di kamar hotelnya. Menatap keluar, melihat-lihat jalan raya yang masih diguyur hujan.

Dahinya mengerut, bibirnya ia kerucutkan lalu menggeleng sekilas. Ia tengah berpikir, selama membaca buku dongeng milik Saeron ia merasa ada yang mengganjal di hatinya. Ia seperti dirundung rasa takut dan tak tenang.

"Apa aku melupakan sesuatu?" ujarnya pelan, mencoba kembali mengingat apa hal yang membuat hatinya merasa tak enak.

Lalu ia kembali membawa tungkainya untuk mengambil ponsel yang sengaja ia simpan di atas nakas, kemudian menyalakannya.

Dan betapa terkejutnya Yoongi saat dirinya melihat wallpaper milik ponselnya menunjukan foto dirinya dengan gadis kecil lain yang ia ambil saat kegiatan kemah terakhir tiga hari lalu.

"Yoora?!"

Akhirnya, Yoongi menyadari sesuatu yang ia lupakan beberapa jam terakhir. Ia buru-buru menyimpan mug miliknya, lalu meraih mantel hitam favoritnya juga tak lupa kunci mobil yang tergeletak di atas buffet meja di sisi pintu.

"Kau mau ke mana?"

Suara dari arah kamar mandi menghentikan tangan Yoongi yang hendak membuka pintu kamar hotelnya.

"Ada sesuatu yang harus aku urus. Kau tidur saja dulu, tidak perlu menungguku," ujar Yoongi seraya memakai mantelnya.

"Ini sudah malam. Kenapa tidak besok saja?" cegah Solbin menahan daun pintu agar Yoongi mengurungkan niatnya

"Tidak bisa, ini hal penting."

"Sepenting itu?"

Yoongi menatap Solbin dengan penuh harap, "kumohon, biarkan aku pergi. Ini menyangkut masa depanku."

Yoongi pun memaksa Solbin untuk menyingkir dari pintu dengan sedikit kasar. Kemudian berlalu tanpa menghiraukan wanita yang terus memanggilnya.

.
.
.
.

"Bu, badan Yoora sakit semua."

Nara tergesa menghampiri anaknya yang kini tengah berbaring lemas dengan membawa wadah berisi air hangat lengkap dengan handuk kecil untuk mengompres tubuh Yoora yang mulai terasa panas.

Setelah pulang dari sekolah, tubuh Yoora mulai merasa lemas dan berakhir demam. Mungkin karena akibat tubuhnya terguyur hujan dan tak memakai pelindung payung atau pun jas hujan.

Tubuh lemas itu terus merengek kesakitan, tubuhnya pegal-pegal dan lemas hanya untuk duduk sebentar.

"Biar Ibu kompres, yah." Nara pun duduk di sisi ranjang, dengan penuh kasih sayang ia menyimpan handuk yang sudah dibasahi air hangat pada dahi Yoora, berharap suhu tubuh anaknya turun.

"Bu, dingin ...."

Nara membuang napasnya, gelisah. Yoora memang sudah mengeluh sakit badan sepulang dari kegiatan berkemah. Lalu sekarang di tambah pulang dengan hujan-hujanan. Sudah pasti anaknya itu akan sakit. Ia kebingungan, situasi di luar masih hujan. Jungkook pun belum pulang sejak siang tadi. Ia tak bisa membawa Yoora ke dokter dengan menggendong anaknya menembus hujan kembali. Hal itu bisa membuat kondisi Yoora semakin memburuk.

Tak lama setelah rengekan Yoora memasuki gendang telinga, kali ini suara ketukan pintu menyeruak mengambil alih telinga Nara. Ibu satu anak itu pun pergi menuju pintu utama rumahnya, berharap orang di luar sana adalah Jungkook. Karena ia harus segera membawa Yoora ke dokter.

✔️ Swag Couple : YoonRa [BTS Fanfiction]Where stories live. Discover now