47. Daddy?

2.5K 308 90
                                    

Di kamar, Nara terlihat tengah membereskan tas tangannya. Memasukan dompet, ponsel dan beberapa peralatan wanita lain yang menurutnya bisa ia gunakan selama di luar rumah.

Hari ini Jungkook akan membawa calon istri juga mertuanya ke rumah ini. Dan menurut Nara, tak baik jika ia dan Yoora ada di rumah tersebut selagi Jungkook akan membicarakan hal serius dengan calon mertuanya. Jadi ia pun memutuskan untuk mengajak Yoora berjalan-jalan, bermain ke taman hiburan agar tak mengganggu acara Jungkook dan pastinya menghindari pemikiran-pemikiran negatif dari para tamunya.

"Maaf, aku janji tidak akan lama." ucap Jungkook di balik pintu kamar.

Nara tersenyum tipis, "tidak apa. Lagi pula aku dan Yoora juga sudah jarang memiliki waktu berasama. Jadi, aku senang bisa pergi dengan Yoora sekarang."

"Mau aku telepon Yoongi untuk menemanimu?"

Tubuh Nara berjengit, ia memang tak pernah memberi tahu perihal hubungannya kini dengan Yoongi pada Jungkook.

"Tidak perlu. Aku akan pergi berdua saja dengan Yoora," Nara buru-buru menghampiri Jungkook yang kini hendak menelepon Yoongi.

"Sudah yah, aku dan Yoora berangkat. Semoga acara pertemuanmu dengan calon mertua berjalan dengan lancar. Aku pergi dulu."

Nara keluar dari kamar, menghampiri Yoora yang masih memakan hidangan makan malamnya. Lalu menyuruh Yoora untuk segera bergegas pergi dari rumah.

.
.
.
.

Nara terduduk lemas di sebuah kursi yang sudah disediakan oleh pihak taman bermain. Ia duduk sembari mengawasi Yoora yang tengah bermain mandi bola bersama beberapa anak lain.

Nara menatap anaknya yang begitu gembira. Hatinya menghangat, sudah lama sepertinya ia tak melihat begitu gembiranya Yoora bermain di taman bermain.

Ia kembali mengingat lagi bagaimana ia berjuang merawat Yoora sejak anaknya itu masih di dalam kandungan.

Dari pertama kali ia mengetahui jika dirinya hamil. Waktu itu orang yang pertama mengetahuinya adalah Jimin. Temannya itu begitu terkejut, tapi tak sampai hati memusuhi Nara. Justru, Jimin lah orang pertama yang selalu ia repotkan. Mulai dari memijat punggungnya saat muntah-muntah hingga terganggu tidurnya hanya untuk membelikan cemilan kecil di malam hari. Belum beberapa teman lain seperti Namjoon dan Sunny yang selalu membelikan ia susu ibu hamil juga buah-buahan segar.

Nara tersenyum sekilas. Merasa sangat merindukan pelukan hangat dari teman-teman lamanya.

Setelah itu, ia kembali lagi menemui sumber rasa sakitnya. Menemui Yoongi, berharap bisa hidup bahagia karena mengetahui jika pria itu juga mencintainya.

Tapi sayang, Nara seperti mengunyah kembali permen karet. Manisnya hanya di awal. Setelahnya ia merasakan pahit permen karet itu dari ibu Yoongi.

Ia masih mengingat bagaimana ibu Yoongi selalu tak menyukainya. Memperlakukannya dengan tidak baik. Tapi bodohnya ia selalu bertahan hanya karena Yoongi selalu memberitahu untuk percaya padanya. Padahal kenyataannya, Yoongi pun tak pernah memberikan kepercayaan penuh padanya.

Apalagi saat mendengar langsung pernyataan Yoongi yang jelas-jelas meragukan kehamilannya dan menuduh Jimin sebagai dalang dari perbuatannya.

Nara benar-benar tak habis pikir. Bagaimana bisa Yoongi bisa berpikir jika anak yang ada di kandungannya adalah anak Jimin? Sementara dirinya hampir empat tahun tidur bersama Nara.

Nara jelas marah. Ia merasa sakit hati. Padahal ia sudah memberikan kepercayaan penuh pada Yoongi. Tapi orang yang ia percayai justru tak pernah percaya padanya. Jadi saat malam itu, Nara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Karena satu-satunya orang yang menjadi tumpuan hidupnya justru tak mau mempercayainya.

✔️ Swag Couple : YoonRa [BTS Fanfiction]Where stories live. Discover now