Bagian 2

321 39 41
                                    

Kalau ramai, aku double update😊

Happy reading🌹

🐳🐳🐳

Sayangilah ibumu. Hormatilah ibumu. Jagalah ibumu. Di luar sana, masih banyak yang ingin bersama ibunya.

REGRET*

🌹🌹🌹

Echa membanting pintu kamarnya cukup keras membuat ibunya yang tengah memasak ikut terkejut. Wanita paruh baya itu berlari tergopoh-gopoh menuju kamar putrinya.

"Echa. Kamu kenapa, Nak? Kamu dari mana saja Sayang?" tanyanya usai menghampiri putrinya yang berbaring tengkurap di atas kasur.

"DIEM!"

Wanita itu menjauhkan tangannya dari punggung putrinya. "Astaghfirullah," lirihnya.

"Bunda keluar aja dari sini! Echa gak mau diganggu!" teriaknya lagi.

"Kamu kenapa, Cha? Gak biasanya kamu begini."

Perempuan itu langsung duduk dengan cepat. "Bunda bawel banget, sih?! Bunda yang keluar atau Echa yang pergi dari sini?!" ancamnya.

Wanita itu mengusap dadanya. Dia berusaha sabar menghadapi tingkah putrinya. "Ya sudah Bunda keluar, ya. Kamu jangan marah-marah terus, nanti pusing loh kepalanya."

"Bodo amat!"

Wanita itu segera keluar dari kamar putrinya. Semakin lama berada di situ, semakin banyak juga pisau yang akan menyayat hatinya. "Ya Allah, ampunilah dosa putriku. Bukakanlah pintu hatinya agar dia segera berubah."

Echa mengeluarkan ponselnya. Dia membuka aplikasi chatnya.

Aresha: Arga, aku minta maaf. Jangan putusin aku:'(

Echa berjingkrak saat pesannya langsung dibaca oleh lelaki itu, tapi setelahnya dia mencebik kesal karena laki-laki itu langsung hilang foto profil juga tanda terakhir dilihat. Dia mencoba mengirim pesan lagi.

Aresha: Arga kok gak bales, sih?

Aresha: Arga kok cuma diread?

Aresha: Kok sekarang cuma ceklis satu?

Aresha: Arga kok blok aku sih:'(

Echa mencak-mencak di atas tempat tidurnya. Dia menangis sejadi-jadinya.

Lucu sekali. Untuk orang yang bukan siapa-siapanya, dia mau minta maaf sampai menangis seperti itu. Padahal dirinya sudah bersikap tidak baik pada ibunya, tapi apakah dia menyesal? Tidak terlihat menyesal sama sekali.

***

"Eyang, sudah makan siang?"

Icha yang baru saja pulang itu langsung menghampiri eyangnya yang tengah menonton televisi.

"Sudah Sayang. Kamu makan dulu sana, Eyang sudah masak makanan kesukaan kamu."

Icha melepaskan pelukannya. "Kenapa Eyang masak? Kan biar Icha aja yang masak."

"Gak apa-apa. Sekali-kali Eyang yang masakin Icha."

Icha hanya mengangguk dan kembali memeluk eyangnya. Dia selalu seperti ini kalau suasana hatinya sedang tidak baik.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang