Bagian 10

263 25 20
                                    

Awas typo bertebaran. Jangan lupa koreksinya.

Happy reading🌹

Semoga puasa hari ini lancar. Aamiin.

🐳🐳🐳

Semua teka-teki pasti akan terjawab.
Hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengetahui semuanya.

REGRET*

🌹🌹🌹

Peristiwa Icha yang hampir terjatuh dari rooftop sekolah kini mulai menyebar. Tanpa diberi tahu siapa pelakunya pun mereka sudah bisa menebaknya. Karena ulahnya itu, Echa harus menerima sanksi ringan berupa bully-an dari semua orang di lingkungan sekolah.

Echa sekarang bahkan tidak memiliki seorang teman pun. Semua orang menjauhi dirinya, termasuk Della—sahabatnya. Tapi Echa merasa tidak masalah, dia tetap menjadi dirinya yang bar-bar seperti sebelumnya. Bahkan kebenciannya pada Icha semakin bertambah besar.

"Echa, sini gabung!" ajak Icha saat melihat Echa yang tidak mendapatkan tempat duduk.

Echa menatap sengit musuhnya itu seraya berdecih. "Gak usah sok baik deh lo!" sinisnya. Gadis itu kemudian pergi meninggalkan area kantin.

Ada rasa sakit di hati Echa saat melihat Della juga berada di bangku itu bersama Icha. Kenapa Della ikut menjauhi dirinya? Bukankah dulu perempuan itu sudah berjanji akan selalu berada di dekatnya?

"Kayanya mulai besok gue harus bawa bekal aja deh dari rumah. Males banget gue ke kantin," gerutunya ketika berada di taman belakang sekolah.

"Hai, Cha!" sapa seseorang yang membuat Echa langsung menolehkan kepalanya.

Echa mengernyit bingung saat Tasya, Dinda, dan Chika berdiri di sebelahnya. "Ngapain kalian ke sini? Mau bully gue?" tanya Echa.

"Enggak," sahut Chika.

"Terus? Lo mau salahin gue karena mantan lo itu jadi deket sama Icha?" tebak Echa pada Tasya.

"Gue sih enggak. Gue cuma gak rela aja si Dinda gak dikasih kepastian sama si Varo dan ditinggalin gitu aja."

"Terus kalian ngapain nyamperin gue?"

"Gue mau lo hancurin Icha, tapi pakai cara halus. Kita mulai pas kenaikan kelas besok. Kan gak ada lagi kakak kelas yang bisa cegah kita. Gimana?"

"Gue gak bisa main halus. Gue suka yang bar-bar."

"Kita yang kasih lo ide, tinggal dilakuin aja."

***

Echa memasuki rumahnya seperti biasa. Sepi sekali suasana rumah yang cukup megah itu. Bundanya pasti sedang bekerja sekarang. Ada rasa sedih yang menjalari relung hatinya. Apa lagi kalau bukan masalah rindu?

"Apa aku benar-benar bukan anaknya Bunda? Lalu siapa orang tuaku? Dan kenapa Bunda mau merawatku? Apakah Bunda tidak memiliki anak?" resahnya.

Pintu utama itu terbuka dan masuklah Vio dengan wajah letihnya. Namun semuanya sirna saat dirinya melihat Echa tengah menangis dalam diam. "Echa, kamu sudah pulang? Apa ada masalah?" tanyanya sembari memeluk tubuh putrinya itu.

"Nggak ada kok, Bun. Bunda, Echa boleh tanya sesuatu gak?"

Vio menatap hangat putrinya itu. "Boleh Sayang, tanya saja."

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang