Bagian 4

268 28 16
                                    

Happy reading🌹

🐳🐳🐳

Bagaimana rasanya jika kita hidup bahagia dalam kebohongan?

REGRET*

🌹🌹🌹

Malam-malam Echa keluar dari kamarnya. Dia merasa tenggorokannya kering karena sudah begitu lama waktunya ia habiskan untuk menangis.

Saat melewati kamar bundanya, dia mendengar suara isakan tangis. Kakinya tanpa sadar bergerak mendekati pintu kamar itu. Pintu itu tidak tertutup juga tidak begitu terbuka, tapi cukup untuk Echa melihat apa yang sedang terjadi pada bundanya.

Wanita yang selalu sabar menghadapinya itu tampak lemah. Terduduk di tepi kasur sembari memeluk pigura. Air mata terus membasahi pipinya hingga membuatnya sedikit terisak.

"Yah, Bunda rindu. Ke mana kamu pergi?" lirih wanita itu yang masih bisa didengar oleh Echa.

Echa diam saat ponsel bundanya berbunyi. Rasa hausnya mendadak hilang dan berganti rasa penasaran.

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Ada apa Sayang kok malam-malam telepon Bunda?" ucap wanita itu yang membuat Echa terkejut.

Siapa yang menelepon Bunda? Apa Bunda punya anak selain aku? Kok aku tidak pernah tahu? Echa bertanya dalam hati.

"Bunda baik-baik saja Gara. Iya, Bunda juga kangen sama Gara. Gimana sekolahnya? Lancar?"

Echa terus memperhatikan. Dia tidak ingin melewatkan sesuatu. Apa yang bundanya sembunyikan sampai dia tidak pernah tahu sesuatu?

"Benarkah? Begitu cantik? Bunda jadi ingin bertemu."

"Bunda, lagi telepon sama siapa?" tanya Echa pada akhirnya. Dia melihat bundanya langsung mematikan ponselnya dan melemparnya ke sembarang arah.

"Bukan siapa-siapa."

"Bunda sembunyiin sesuatu dari aku? Itu tadi siapa? Kenapa Bunda nyebut Bunda juga sama dia? Anaknya Bunda bukan aku aja?"

Vio masih terdiam. Dia bergelut dengan hati dan pikirannya. Apa dia harus mengatakan semuanya? Tidak, dia tidak boleh mengatakan apa pun.

"Jawab aku Bunda!" tegas Echa.

"Dia anak sahabatnya Bunda. Kami sudah akrab sejak dia masih kecil."

"Terus siapa yang Bunda maksud dengan cantik?"

"Adiknya. Sudah lama Bunda tidak mengunjungi dia jadi Bunda tidak tahu kalau dia punya adik." Vio terus menjawab dengan lancar. Dia tidak ingin siapa pun tahu masalah ini termasuk Echa karena status Echa masih belum jelas.

"Bunda gak boong, kan?" tanya Echa menyelidik.

"Enggak. Kamu kenapa bangun jam segini?"

"Haus. Ya udah Echa mau minum dulu."

Usai sepeninggalan Echa, Vio segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Dia meraih ponselnya yang tergeletak di dekat bantal. Ada pesan masuk dari Gara di sana.

Gara: Bunda masih tinggal sama anak itu?

Gara: Bunda kenapa sih milih dia daripada kami berdua?

Gara: Bunda masih bisa liat aku, tapi apa Bunda bisa liat gimana wajah adik Gara? Enggak, kan?

Gara: Memang Bunda gak sayang lagi sama kita? Bunda gak peduli sama kita?

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang